Sistem peringatan dini dan kemampuan untuk bertindak menurut sistem tersebut terbukti dapat menyelamatkan nyawa dari bencana iklim, yang intensitasnya semakin tinggi saat emisi gas rumah kaca terus meningkat dan memicu peristiwa cuaca ekstrem di berbagai belahan Bumi dengan begitu cepat.
PBB (Xinhua) – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (13/10) mengungkapkan bahwa dirinya akan segera meluncurkan rencana cakupan peringatan dini universal untuk bencana iklim.
Dalam pesan video pada peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional, Guterres mengatakan bahwa berbagai bencana iklim merugikan negara dan perekonomian lebih dari sebelumnya. Emisi gas rumah kaca yang terus meningkat memicu peristiwa cuaca ekstrem di berbagai belahan Bumi dengan begitu cepat.
Namun, dunia gagal berinvestasi dalam melindungi kehidupan dan penghidupan mereka yang berada di garis depan. Mereka yang selama ini berkontribusi paling sedikit dalam menyebabkan krisis iklim justru membayar harga termahal. Seluruh populasi seakan disergap oleh rentetan bencana iklim tanpa adanya sarana peringatan dini, kata Guterres.
“Masyarakat butuh peringatan yang memadai untuk bersiap menghadapi peristiwa cuaca ekstrem. Oleh sebab itu, saya menyerukan cakupan peringatan dini universal dalam lima tahun ke depan,” ujar Guterres.
Guterres menyebut sistem peringatan dini dan kemampuan untuk bertindak menurut sistem tersebut terbukti dapat menyelamatkan nyawa. Sang sekjen mengatakan dirinya akan meluncurkan rencana aksi untuk menyediakan sistem peringatan dini bagi semua dalam waktu lima tahun di Konferensi Perubahan Iklim PBB yang akan diadakan di Mesir bulan depan.
Dia mendesak pemerintah, lembaga keuangan internasional, dan masyarakat sipil untuk mendukung sistem tersebut.
“Pada Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional ini, saya menyerukan kepada semua negara untuk berinvestasi dalam pembentukan sistem peringatan dini dan mendukung mereka yang kekurangan kapasitas. Berbagai peristiwa cuaca ekstrem akan terjadi. Namun, itu tidak perlu menjadi bencana mematikan,” ujar Guterres.
Bencana iklim
Dalam sebuah video yang disiarkan pada 30 Agustus lalu, merespons bencana banjir dahsyat yang menghantam Pakistan, Guterres menyoroti urgensi untuk mengatasi perubahan iklim global.
Asia Selatan merupakan salah satu lokasi utama krisis iklim global. Masyarakat yang tinggal di kawasan ini memiliki risiko meninggal akibat dampak iklim 15 kali lebih besar, lanjutnya.
“Ketika kita melihat semakin banyak peristiwa cuaca ekstrem terjadi di seluruh dunia, sungguh keterlaluan bahwa langkah penanggulangan iklim dikesampingkan dengan emisi gas rumah kaca global masih saja meningkat, menempatkan kita semua, di mana saja, dalam bahaya yang semakin besar,” imbuh Guterres.
Bencana iklim di Pakistan menyusul musim hujan monsun dahsyat yang berlangsung sejak 14 Juni lalu, telah menewaskan lebih dari 1.700 orang dan melukai banyak lainnya.
Jutaan warga kehilangan tempat tinggal, sekolah-sekolah dan fasilitas kesehatan runtuh, mata pencaharian hancur, berbagai infrastruktur penting musnah, harapan serta impian warga pun hanyut, kata Guterres.
Laporan: Redaksi