Greenland: Pulau es Raksasa yang menghadapi tantangan perubahan iklim

Pencairan es Greenland telah membuka akses ke sumber daya alam yang sebelumnya terkubur di bawah lapisan es, seperti mineral langka dan minyak bumi. Beberapa pihak melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan perekonomian pulau yang masih bergantung pada subsidi dari Denmark.
Greenland, pulau terbesar di dunia yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik Utara, telah lama menjadi simbol keindahan alam yang tak tersentuh.
Greenland telah dihuni selama 5.000 tahun oleh orang-orang dari wilayah Arktik dan Eropa. Meskipun merupakan bagian dari benua Amerika Utara, secara geopolitik pulau ini merupakan bagian dari Eropa.
Namun, di balik hamparan esnya yang megah, Greenland kini menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim yang mengancam keberlangsungan ekosistem dan kehidupan penduduknya.
Pulau es yang Mencair
Greenland, yang 80 persen wilayahnya tertutup oleh lapisan es, telah menjadi sorotan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lapisan es yang telah ada selama ribuan tahun ini kini mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
Menurut data dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), Greenland kehilangan rata-rata 279 miliar ton es per tahun antara tahun 1993 dan 2019. Pencairan ini tidak hanya mengancam kenaikan permukaan laut global, tetapi juga mengubah lanskap pulau ini secara dramatis.
Sejumlah peneliti mengatakan, jika seluruh es di Greenland mencair, permukaan laut global bisa naik hingga 7,4 meter, dan akan berdampak sangat besar terhadap kota-kota pesisir di seluruh dunia.
Dampak pada penduduk lokal
Greenland merupakan bagian dari Kerajaan Denmark, tetapi memiliki otonomi, yang diperluas pada tahun 2009, namun tidak termasuk kebijakan luar negeri dan keamanan, serta kebijakan mata uang.
Greenland, dengan populasi sekitar 56.000 jiwa, sebagian besar adalah masyarakat Inuit yang telah hidup berabad-abad dengan bergantung pada alam. Perubahan iklim telah mengganggu keseimbangan ini. Musim berburu yang tidak menentu, lapisan es yang semakin tipis, dan perubahan pola migrasi hewan telah membuat kehidupan tradisional mereka semakin sulit.
Di tengah tantangan lingkungan, Greenland juga menghadapi dilema ekonomi. Pencairan es Greenland telah membuka akses ke sumber daya alam yang sebelumnya terkubur di bawah lapisan es, seperti mineral langka dan minyak bumi. Beberapa pihak melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan perekonomian pulau yang masih bergantung pada subsidi dari Denmark.
Namun, eksploitasi sumber daya ini juga menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan yang lebih parah.
Meskipun tantangan yang dihadapi besar, ada harapan untuk masa depan Greenland. Upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan memitigasi dampak perubahan iklim terus dilakukan. Greenland juga aktif terlibat dalam forum internasional untuk menyuarakan kepentingannya.
Selesai
Artikel ini disusun dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan telah melalui proses penyuntingan oleh redaksi Indonesia Window.