Pemijahan tuna sirip biru dimulai dengan migrasi dari Taiwan ke perairan timur Jepang sejauh 3.000 kilometer, serta ditemukan aktif di zona kedalaman 300 meter hingga 500 meter pada siang hari, dan ikan ini lebih suka berenang di kedalaman dangkal di bawah 200 meter pada malam hari.
Jakarta (Indonesia Window) – Lembaga Penelitian Perikanan (Fisheries Research Institute/FRI) Taiwan bekerja sama dengan Universitas Stanford Amerika Serikat (AS) telah memetakan pergerakan migrasi pemijahan tuna sirip biru Pasifik melalui penggunaan penandaan satelit, kata FRI, Kamis.
Data yang diambil dari Pop-up Satellite Archival Tags (PSATs) dapat berguna bagi organisasi perikanan lokal dan internasional untuk penelitian mereka tentang keberlanjutan populasi spesies tuna ini, kata FRI dalam rilisnya.
PSAT, data logger yang dilengkapi sarana untuk mengirimkan data yang dikumpulkan melalui sistem satelit Argos, terutama digunakan untuk melacak pergerakan hewan laut bermigrasi besar.
Mengutip laporan tahun 2022 oleh Komite Ilmiah Internasional (ISC) untuk Tuna dan Spesies Mirip Tuna di Samudra Pasifik Utara, FRI mengatakan meskipun populasi tuna sirip biru Pasifik betina yang bertelur secara bertahap pulih dalam beberapa tahun terakhir, penilaian stok terbaru menemukan bahwa spesies ini tetap ditangkap secara berlebihan.
Menurut ahli konservasi di Komisi Perikanan Pasifik Barat dan Tengah, hal ini terutama disebabkan oleh nelayan yang menangkap ikan remaja yang tidak pernah memiliki kesempatan untuk bereproduksi.
Untuk memahami karakteristik migrasi pemijahan dan kebiasaan ekologi spesies tersebut, para peneliti FRI berhasil melakukan percobaan pada tiga tuna sirip biru Pasifik dengan berat 200 kg, 300 kg, dan 180 kg di perairan timur Taiwan pada Mei 2021.
PSAT yang melepaskan diri setelah jangka waktu tertentu ditempelkan pada setiap ikan, yang melacak pergerakannya selama 127 hari dan 13 jam gabungan.
Data yang kemudian dikumpulkan dari tag menunjukkan bahwa tuna pemijahan bermigrasi dari Taiwan ke perairan timur Jepang, yang mencakup jarak gabungan 3.000 kilometer, menurut FRI.
Ikan tersebut ditemukan aktif di zona kedalaman 300 meter hingga 500 meter pada siang hari dan lebih suka berenang di kedalaman dangkal di bawah 200 meter pada malam hari.
Pemetaan perilaku migrasi pemijahan tuna sirip biru Pasifik ini adalah yang pertama di dunia, kata FRI, menambahkan bahwa data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai referensi penting untuk penilaian sumber daya pengelolaan perikanan di masa mendatang.
Menurut institut tersebut, sirip biru Pasifik adalah spesies ikan ekonomis tinggi yang ditangkap secara musiman oleh kapal penangkap ikan longline Taiwan berukuran kecil dan menengah. Ikan yang ditangkap di perairan timur dan tenggara Taiwan dari bulan April hingga Juni setiap tahun seringkali sudah mencapai usia dewasa kelamin (di atas 6 tahun).
Direktur Jenderal FRI Chen June-ru mengatakan bahwa Jepang telah berhasil membiakkan dan membesarkan tuna sirip biru Pasifik di penangkaran.
Chen mengatakan, Taiwan pernah mencoba membiakkan tuna sirip kuning di penangkaran tetapi percobaan itu tidak berhasil.
Yeh Hsin-ming, yang mengepalai divisi perikanan laut FRI, mengatakan tuna sirip biru yang dibudidayakan di penangkaran di Jepang ditemukan memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dan daging dari ikan tersebut telah sampai ke restoran lokal kelas atas dan ke pasar Amerika Serikat.
AS saat ini juga membudidayakan tuna sirip kuning di Meksiko, kata Yeh.
Menurut FRI, tuna sirip biru Pasifik memasuki kematangan setelah tiga tahun, dan salah satu tempat bertelurnya adalah dari Okinawa di Laut Filipina yang berada di barat laut Samudra Pasifik hingga perairan timur Taiwan, dan musim terjadi antara bulan April dan Juli.
Daerah lainnya berada di perairan selatan Jepang, dengan musim pemijahan berlangsung antara Juni dan Agustus, tambahnya.
Sumber: CNA Taiwan
Laporan: Redaksi