Banner

Sedikitnya 10 warga sipil tewas akibat serangan pemberontak ADF di RD Kongo timur

Para pengunjuk rasa terlihat di Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik (RD) Kongo, pada 27 Desember 2023. Sejumlah korban luka dilaporkan pada Rabu (27/12) di Kinshasa, ibu kota RD Kongo, sejak beberapa kandidat presiden dalam pemilihan umum (pemilu) berupaya melancarkan aksi unjuk rasa, yang dilarang oleh pemerintah, untuk mengecam apa yang mereka sebut sebagai “pemilu curang.” (Xinhua/Alain Uyakani)

Pemberontak Allied Democratic Forces (ADF) yang aktif di wilayah Beni terus meningkatkan serangan terhadap warga meski ada operasi gabungan antara Kinshasa dan Kampala, yang masih berlangsung di provinsi Kivu Utara dan Ituri.

 

Kinshasa, RD Kongo (Xinhua) – Sedikitnya 10 warga sipil tewas dalam sebuah serangan yang dilancarkan oleh kelompok pemberontak Pasukan Demokratik Sekutu (Allied Democratic Forces/ADF) di Republik Demokratik (RD) Kongo timur pada Selasa (2/4) malam waktu setempat, lapor sejumlah sumber lokal pada Rabu (3/4).

Menurut masyarakat sipil setempat, kelompok pemberontak ADF melakukan penyerbuan ke Mangodomu, sebuah desa yang terletak di wilayah Beni di Provinsi Kivu Utara, yang berada di bawah kekuasaan militer dan kepolisian sejak 2021.

“Lima menit setelah kami pergi keluar, para pemberontak tersebut datang. Hampir semua sepeda motor dibakar, begitu juga dengan ruang konsultasi antenatal, seperti yang dapat Anda lihat. Mereka merusak hampir semua pintu di bangunan itu, termasuk pintu menuju apotek rawat jalan,” ujar dokter setempat, Kambale Desire.

Sementara itu, presiden komunitas sipil setempat, Muhindo Tafuteni, mengatakan, “Kami menyesalkan intensifikasi penyerbuan ADF ke kota ini dan wilayah Beni, yang ditandai dengan pembunuhan massal, penculikan, serta penjarahan produk-produk pedesaan dan properti warga. Mempertimbangkan peringatan warga, ada kelambanan dalam intervensi dan penangkapan. Kami menyarankan pencabutan status pengepungan (state of siege) yang telah meluruhkan batas-batas warga.”

Banner

Kolonel Charles Omeonga, administrator wilayah Beni, meyakinkan masyarakat perihal tekad Angkatan Bersenjata RD Kongo untuk membasmi pemberontak ADF.

ADF didirikan pada 1990-an oleh beberapa gerakan oposisi di Uganda. Kendati takluk oleh militer Uganda, para pemberontak tersebut masih aktif di RD Kongo timur, yang kemudian mendorong terciptanya operasi gabungan antara RD Kongo dan Uganda untuk melacak kelompok itu, yang saat ini berafiliasi dengan ISIS.

Selama puluhan tahun, pemberontak ADF yang aktif di wilayah Beni terus meningkatkan serangan terhadap warga meski ada operasi gabungan antara Kinshasa dan Kampala, yang masih berlangsung di provinsi Kivu Utara dan Ituri.

Sejak Mei 2021, kedua provinsi tersebut dimasukkan ke dalam status pengepungan, di mana otoritas sipil digantikan oleh otoritas militer dan kepolisian.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan