Banner

Pemerintah akan bangun tanggul laut raksasa cegah Pantai Utara Jawa tenggelam

Foto yang diabadikan pada Rabu (10/1) di Jakarta ini menampilkan sejumlah panelis terdiri atas pejabat pemerintah hingga akademisi menghadiri seminar yang membahas rencana pembangunan tanggul laut raksasa di utara pulau Jawa guna mengantisipasi ancaman penurunan tanah dan kenaikan air laut. (Xinhua/Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian).

Pembangunan tanggul laut jangka panjang di Pantura Pulau Jawa mempertimbangkan risiko berbagai kerugian ekonomi yang dapat timbul jika wilayah tersebut terendam air laut.

 

Jakarta (Xinhua) – Pemerintah Indonesia menyiapkan rencana jangka panjang untuk membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall di wilayah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Hal itu dilakukan guna merespons ancaman tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut dan penurunan permukaan tanah di beberapa kota penting.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah telah membentuk tim khusus untuk membahas proyek ini di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kebutuhan anggaran untuk proyek jangka panjang itu diperkirakan mencapai 164,1 triliun rupiah, sudah termasuk pengembangan kawasan serta penyediaan air baku dan sanitasi, yang rencananya dibiayai melalui kemitraan pemerintah dengan swasta.

Pembangunan tanggul laut jangka panjang di Pantura Pulau Jawa mempertimbangkan risiko berbagai kerugian ekonomi yang dapat timbul jika wilayah tersebut terendam air laut. Estimasi kerugian ekonomi akibat banjir tahunan di pesisir utara Jakarta sendiri mencapai 2,1 triliun rupiah per tahun dan berpotensi meningkat menjadi 10 triliun rupiah dalam satu dekade mendatang.

Selain itu, diperkirakan setidaknya terdapat 70 Kawasan Industri, lima Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 28 kawasan peruntukan industri, lima wilayah pusat pertumbuhan industri, dan wilayah perekonomian lainnya yang akan terdampak apabila masalah di Pantura Jawa itu tidak segera diatasi.

“Ini bukan hanya membahayakan kelangsungan ekonomi dan infrastruktur, tetapi kehidupan masyarakat karena jumlah penduduk di wilayah Pantura Jawa itu sekitar 50 juta orang,” ujarnya dalam sebuah seminar pada Rabu (10/1) pagi.

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwi Sarah memaparkan titik rawan penurunan permukaan tanah di Pantura Jawa tersebar mulai dari Jakarta, Bekasi, Cirebon, Pekalongan hingga Surabaya. Penurunan tanah di utara Jakarta mencapai 5 cm per tahun selama 2015-2020.

Penyebabnya bisa karena faktor alami seperti tektonik dan kompaksi alamiah berupa endapan tanah berumur muda, maupun antropogenik atau faktor manusia seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan.

“Kontribusi faktor alamiah dan antropogenik menyebabkan laju penurunan permukaan tanah di Pantura Jawa yang cukup tinggi (1 hingga lebih dari 10 cm per tahun),” ujarnya.

Selain menanggulangi dampak penurunan permukaan tanah melalui pembangunan tanggul penahan banjir, Dwi juga menilai pemerintah perlu menyiapkan solusi jangka panjang seperti mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air tanah dan melakukan konservasi air tanah.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan