Banner

China bidik ‘low-altitude economy’ untuk jadi mesin pertumbuhan baru

Sebuah helikopter wisata mengudara di resor ski internasional Narat di wilayah Xinyuan, Prefektur Otonom Etnis Kazak Ili, Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, pada 21 Desember 2023. (Xinhua/Li He)

Pembangunan ekonomi ketinggian rendah meliputi berbagai sektor, seperti penerbangan ketinggian rendah, pariwisata udara, transportasi penumpang, dan berbagai sektor lainnya.

 

Shenzhen, China (Xinhua) – Dalam mengejar pembangunan berkualitas tinggi, beberapa provinsi dan kota di China memanfaatkan lokasinya yang menguntungkan dan ekosistem teknologi yang kuat guna mempercepat pembangunan ekonomi ketinggian rendah (low-altitude economy).

Pada Rabu (13/3) pekan lalu, demo penerbangan dari Chongqing ke Zigong di China barat daya dilakukan di bawah Peraturan Penerbangan Visual (Visual Flight Rules/VFR), menandai peluncuran rute udara ketinggian rendah antarprovinsi di daerah tersebut.

Otoritas setempat mengatakan bahwa semua pesawat yang beroperasi melalui rute reguler ini dapat menikmati waktu pengajuan penerbangan yang lebih singkat dan prosedur persetujuan yang lebih sederhana.

Sebelumnya pada bulan lalu, sebuah pesawat rotor berkapasitas lima tempat duduk yang dinamai Prosperity lepas landas dari Shenzhen di Provinsi Guangdong, China selatan.

Pesawat tersebut melakukan penerbangan otonomos sejauh 50 kilometer dan mendarat di Kota Zhuhai sekitar 20 menit kemudian.

Perjalanan tersebut akan memakan waktu lebih dari dua jam jika ditempuh menggunakan mobil.

Menurut AutoFlight, perusahaan rintisan (startup) di Shanghai yang memproduksi pesawat listrik yang lepas landas dan mendarat secara vertikal (electric vertical take-off and landing/eVTOL), penerbangan tersebut menjadi demo penerbangan publik pertama di dunia untuk pesawat eVTOL di rute lintas laut dan antarkota.

Sebagai kekuatan pendorong penting bagi momentum ekonomi baru, low-altitude economy dinilai oleh banyak pihak sebagai industri strategis yang sedang berkembang.

“Saya pikir low-altitude economy sangat penting dalam menumbuhkan kekuatan produktif berkualitas baru. Ini merupakan industri yang representatif. (Dengan mengembangkannya), kita dapat menemukan mesin penggerak baru untuk mendorong konsumsi, produksi, dan konstruksi infrastruktur berbasis darat,” ujar Wakil Presiden EHang He Tianxing.

Low-altitude economy meliputi berbagai sektor, seperti penerbangan ketinggian rendah, pariwisata udara, transportasi penumpang, dan berbagai sektor lainnya.

Kegiatan ekonomi ini juga berkaitan dengan industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan baterai listrik.

Menurut Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC), skala low-altitude economy China per akhir 2023 diperkirakan mencapai lebih dari 500 miliar yuan atau sekitar 70 miliar dolar AS, dan diprediksi akan terus meningkat hingga 2 triliun yuan per 2030 mendatang.

*1 yuan = 2.182 rupiah

**1 dolar AS = 15.712 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan