Jakarta (Indonesia Window) – Kegiatan pemantauan gunung api di Indonesia diakui oleh dunia dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM menjadi institusi pertama di dunia yang menerima penghargaan dari organisasi asosiasi ahli gunung api dunia atau International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior (IAVCEI) pada 2018.
Penganugerahan penghargaan tersebut didasarkan kegiatan pemantauan gunung api dan bagaimana institusi tersebut menangani krisis sebelum, saat dan setelah letusan.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, menyatakan kegiatan pemantauan gunung api di Indonesia telah memasuki usia 100 tahun, terhitung sejak awal pembentukan Dinas Penjagaan Gunung Api pada 16 September 1920 hingga kini.
Dinas tersebut didirikan pasca letusan Gunung Kelud di Jawa Timur pada 1919 yang mengakibatkan 5.156 orang meninggal karena lontaran air Danau Kawah Kelud dan banjir lahar panas.
Pembangungan terowongan pembuangan air dari Kawah Kelud dan pendirian lembaga yang menangani mitigasi bencana geologi itu dilakukan satu tahun setelah erupsi tersebut.
Selama periode 1920-1941, dinas tersebut memantau aktivitas delapan gunung api di tanah air.
Hingga saat ini Badan Geologi telah membangun 74 Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di 69 gunung api aktif di seluruh tanah air.
Kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang merupakan transformasi dari Dinas Penjagaan Gunung Api, terus melakukan penyempurnaan dalam sistem pemantauan serta peningkatan fasilitas dan teknologi yang mengacu pada standar pemantauan gunung api dunia.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan pemantauan gunung api dapat dilakukan dalam jarak yang cukup aman dari sumber aktivitas gunung api.
Laporan: Redaksi