Pemanasan global dapat meningkatkan potensi terjadinya badai yang “sangat intens dan berbahaya” seperti badai yang baru-baru ini melanda Spanyol bagian timur dan tenggara.
Barcelona, Spanyol (Xinhua/Indonesia Window) – Pemanasan global dapat meningkatkan potensi terjadinya badai yang “sangat intens dan berbahaya” seperti badai yang baru-baru ini melanda Spanyol bagian timur dan tenggara, demikian seorang ahli iklim Spanyol memperingatkan pada Senin (4/11).
“Fenomena ini selalu ada, tetapi dengan adanya pemanasan global, peningkatan kuantitas uap air yang mengalami evaporasi dari Mediterania dapat menyebabkan peristiwa-peristiwa yang sangat intens dan berbahaya di masa mendatang,” ujar Javier Martin-Vide, seorang ahli iklim sekaligus profesor geografi fisik di Universitas Barcelona.
Banjir dahsyat baru-baru ini di daerah Valencia, Castilla-La Mancha, dan Andalusia, yang dipicu oleh fenomena badai yang dikenal sebagai Depresi Terisolasi pada Level Tinggi (DANA) telah merenggut nyawa lebih dari 200 orang, dengan ratusan lainnya masih berstatus hilang.
“Badai-badai DANA tidak seperti topan atau hurikan, yang memiliki lintasan yang dapat diprediksi,” papar Martin-Vide, seraya menyatakan bahwa badai DANA memiliki tingkat ketidakpastian atau ketidakteraturan terkait di mana badai itu akan menerjang dengan intensitas maksimum.
Badai-badai ini terjadi saat perenggan dingin (cold front) melintasi perairan Mediterania yang hangat, menyebabkan udara yang lebih panas naik dengan cepat dan membentuk awan yang pekat dan persisten. Profesor tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global dapat mengintensifkan proses ini, “seolah-olah sistem iklim itu memiliki lebih banyak energi.”
Dia menambahkan bahwa sangat penting untuk beradaptasi dengan realitas iklim baru ini, seraya menekankan perlunya menyesuaikan diri dengan frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi terkait peristiwa cuaca ekstrem tersebut untuk melindungi nyawa.
Martin-Vide mengatakan tingginya korban jiwa dan kerusakan yang meluas itu sebagian disebabkan oleh kurangnya kesiapan penduduk dan otoritas lokal untuk menangani cuaca ekstrem. “Kita perlu mengurangi kerentanan penduduk dengan memberikan edukasi kepada warga tentang cara merespons fenomena tersebut, dan kita juga membutuhkan perencanaan wilayah yang matang, yang merupakan cara yang paling efisien dan hemat biaya untuk memangkas kerugian ekonomi dan korban jiwa,” demikian ahli iklim itu menyarankan.
Yang terpenting, dia menekankan perlunya mempertimbangkan geografi lokal secara cermat dalam perencanaan permukiman dan aktivitas manusia, memastikan kesesuaian “dengan perilaku atmosfer atau pola hidrologi di suatu area.”
Laporan: Redaksi