Banner

PBB: Aset luar negeri Afghanistan yang dibekukan adalah milik rakyat

Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, berbicara dalam jumpa pers harian di markas besar PBB di New York pada 26 Agustus 2020. (Xinhua/Xie E)

Aset luar negeri Afghanistan yang dibekukan dan disita setelah Taliban mengambil alih Afghanistan tahun lalu, telah digunakan oleh Joe Biden pada Februari lalu untuk korban serangan teroris 11 September 2001 di AS.

 

PBB (Xinhua) – Aset luar negeri Afghanistan yang dibekukan oleh negara lain adalah milik rakyat Afghanistan dan harus digunakan untuk keuntungan mereka, kata Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, pada Rabu (28/9).

“Kami percaya bahwa aset Afghanistan yang dibekukan tahun lalu oleh sejumlah negara adalah milik rakyat Afghanistan dan setiap upaya harus dilakukan untuk menemukan cara agar dana ini dapat digunakan demi keuntungan mereka,” kata Dujarric.

“Sangat penting agar semua dana tersebut perlu ditangani secara transparan dan akuntabel, menghormati sanksi internasional dan perlu dipastikan tidak ada uang yang digunakan untuk tujuan terlarang,” katanya.

Ketika ditanya apakah PBB percaya bahwa keputusan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mengalihkan setengah dari aset Afghanistan yang telah dia dibekukan untuk kepentingan domestik AS adalah salah, Dujarric mengatakan, “Kami percaya bahwa aset Afghanistan adalah milik rakyat Afghanistan, dan aset tersebut harus dibelanjakan dengan cara transparan yang menguntungkan rakyat Afghanistan.”

Banner

Biden pada Februari lalu menandatangani perintah eksekutif untuk membebaskan 7 miliar dolar AS dari lebih dari 9 miliar dolar yang telah dibekukan dan disita setelah Taliban mengambil alih Afghanistan tahun lalu, dan membagi uang itu untuk bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan dan untuk korban serangan teroris 11 September 2001 di AS.

Pembangunan kembali

Sementara aset luar negeri Afghanistan masih ‘tertahan’, pemerintah sementara negara ini telah memulai proses renovasi dan perbaikan lapangan terbang Bagram, bekas pangkalan militer Amerika Serikat (AS), agar bandara militer itu dapat beroperasi, demikian disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Afghanistan dalam pernyataannya pada 21 September lalu.

“Sesuai instruksi pimpinan kementerian pertahanan, tim teknis dari kementerian memulai pekerjaan rekonstruksi, renovasi, dan perbaikan bandara Bagram pada hari ini (Rabu) untuk mengaktifkannya kembali,” imbuh pernyataan itu.

Aset luar negeri Afghanistan
Foto yang diabadikan pada 2 Juli 2021 ini menunjukkan Lapangan Terbang Bagram setelah seluruh pasukan Amerika Serikat dan NATO dievakuasi di Provinsi Parwan, Afghanistan timur. (Xinhua/Sayed Mominzadah)

Bandara yang berlokasi 50 kilometer di sebelah utara Kabul, ibu kota Afghanistan, itu berfungsi sebagai pangkalan militer utama pasukan pimpinan AS saat mereka berada di Afghanistan selama 20 tahun hingga akhir Agustus 2021.

Menurut Kementerian Pertahanan Afghanistan, pasukan AS menghancurkan semua fasilitas di bandara tersebut sebelum melakukan evakuasi dari negara yang dilanda perang itu pada 30 Agustus tahun lalu.

Aset luar negeri Afghanistan
Foto yang diabadikan pada 2 Juli 2021 ini menunjukkan Lapangan Terbang Bagram setelah seluruh pasukan Amerika Serikat dan NATO dievakuasi di Provinsi Parwan, Afghanistan timur. (Xinhua/Sayed Mominzadah)

“Tim teknis dari kementerian pertahanan dengan sumber daya yang terbatas akan melakukan yang terbaik untuk memperbaiki dan mengaktifkan kembali bandara Bagram sesegera mungkin,” menurut kementerian itu.

Banner

*1 dolar AS = 15.243 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan