Banner

Bom tandan terus jadi ancaman bagi warga sipil Lebanon

Seorang tentara Lebanon terlihat di Khiam, Lebanon, pada 12 Desember 2024. (Xinhua/Ali Hashisho)

Amunisi tandan dilarang karena objek ini melepaskan bagian-bagian amunisi di area yang luas, banyak di antaranya yang tidak meledak dan menjadi ranjau darat, sehingga menimbulkan risiko jangka panjang bagi warga sipil.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Lebih dari sebulan setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata Israel-Lebanon, warga sipil di Lebanon timur dan selatan masih merasakan derita akibat ledakan tertunda dari amunisi tandan yang ditinggalkan oleh tentara Israel selama konflik 14 bulan, ungkap media dan sejumlah pejabat Lebanon.

Sebelumnya pada bulan ini, Mohammad Chehade (12) terluka parah akibat bom tandan di Desa Shabriha di Distrik Tyre, Lebanon barat daya, ketika sedang mengumpulkan barang bekas, sehingga memicu kekhawatiran akan berbagai bahan peledak tinggalan Israel yang belum meledak, lapor Kantor Berita Nasional (National News Agency/NNA) Lebanon.

Mayor Jenderal Purnawirawan Abdul Rahman Shehaitli mengatakan kepada Xinhua bahwa tentara Israel menjatuhkan banyak bom tandan selama perang baru-baru ini dengan Hizbullah. Selain itu, bom tandan tinggalan Israel dalam perang pada 2006, yang gagal disingkirkan seluruhnya oleh militer Lebanon, juga masih mengancam.

“Penggunaan bom tandan oleh Israel kembali akan memperburuk bencana yang berulang ini di banyak wilayah Lebanon, dan mengancam makin banyak penduduk,” tutur Shehaitli.

Banner

Meskipun Israel mengakui menggunakan bom tandan selama perang dengan Hizbullah di Lebanon selatan pada 2006, klaim Lebanon bahwa Israel menggunakan bom tandan dalam konflik terbaru ini tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Xinhua.

Amunisi tandan
Foto yang diabadikan pada 27 November 2024 dari perbatasan Israel-Lebanon sisi Israel ini menunjukkan bangunan-bangunan yang hancur di Lebanon selatan. (Xinhua/Jamal Awad)

Menurut Legal Agenda, sebuah organisasi penelitian dan advokasi nirlaba yang berbasis di Beirut, sepanjang November saja, negara Lebanon mendokumentasikan 15 serangan bom tandan yang tersebar di distrik Marjayoun, Nabatieh, Bint Jbeil, dan Jezzine.

Berdasarkan hukum internasional, amunisi tandan dilarang karena objek ini melepaskan bagian-bagian amunisi di area yang luas, banyak di antaranya yang tidak meledak dan menjadi ranjau darat, sehingga menimbulkan risiko jangka panjang bagi warga sipil.

Nasser Abu Latif, selaku ketua Asosiasi Al-Ru’ya untuk Pembangunan, Rehabilitasi, dan Perawatan (Al-Ru’ya Association for Development, Rehabilitation and Care), mengatakan bahwa jangkauan kontaminasi dari amunisi tandan yang belum meledak itu masih belum diketahui. Dia menambahkan bahwa sejumlah lembaga sedang menunggu implementasi penuh dari kesepakatan gencatan senjata antara Lebanon dan Israel sebelum mereka dapat dengan aman memeriksa area-area yang terdampak dan memulai operasi pembersihan.

Meski gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada 27 November lalu, kedua belah pihak saling menuduh bahwa pihak satunya melanggar kesepakatan gencatan tersebut. Kendati intensitas serangan Israel di Lebanon telah berkurang, beberapa serangan masih menyebabkan korban di Lebanon selatan dan timur. Hizbullah membalas setidaknya sekali, dengan menembakkan amunisi ke sejumlah area perbatasan pada awal Desember.

Amunisi tandan
Pasukan Israel terlihat di dekat perbatasan Israel utara dengan Lebanon pada 28 November 2024. (Xinhua/JINI/Ayal Margolin)

Samir Abbas, selaku wali kota Yohmor, sebuah kota di Kegubernuran Nabatieh, Lebanon selatan, mengatakan kepada Xinhua bahwa amunisi tandan tersebar di banyak rumah, kebun, dan pemakaman.

Banner

“Tim teknik dari tentara Lebanon sedang bekerja membersihkan bom-bom di dekat kota kami, Husseiniya, dan area-area terdampak lainnya,” tutur Abbas, seraya menambahkan bahwa penduduk diminta menghindari objek-objek yang mencurigakan dan melaporkannya kepada otoritas militer.

Karim al-Youssef, selaku wakil wali kota Zilaya di wilayah Bekaa bagian barat, mengatakan bahwa ini adalah kedua kalinya bom tandan berdampak pada kebun zaitun di desa tersebut sejak perang 2006.

Para petani zaitun mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka telah menerima peringatan dari militer Lebanon agar menghindari kebun-kebun tersebut karena adanya bahaya persenjataan yang belum meledak, yang membuat ribuan keluarga kehilangan hasil panen mereka dan semakin membebani ekonomi Lebanon, yang sudah terpuruk akibat konflik berkepanjangan dan kemerosotan ekonomi selama bertahun-tahun.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan