Pasar kosmetik makin kritis, inginkan produk ramah lingkungan
Pasar produk kecantikan, termasuk kosmetik dan perawatan kulit, makin kritis dalam menilai dan memilih produk yang akan mereka pakai, dengan lebih mengutamakan lingkungan.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pasar produk kecantikan, termasuk kosmetik dan perawatan kulit, makin kritis dalam menilai dan memilih produk yang akan mereka pakai, dengan lebih mengutamakan lingkungan.
“Sekarang ini 50 persen pasar produk kosmetik di Indonesia lebih memilih untuk memakai produk kosmetik yang berbahan dasar alami karena mereka makin peduli dengan masalah lingkungan,” ujar Direktur PT Akademia Inovasi Indonesia (AVIN) yang juga seorang farmasis, apt. Muhammad Afqary, dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window, baru-baru ini di Bogor.
Menurutnya, dalam memilih produk-produk perawatan kecantikan kulit pasar akan menanyakan bahan dasar yang digunakan, bagaimana proses pembuatannya dan potensial pencemaran yang bisa ditimbulkan, serta kemasan yang digunakan apakah dapat didaur ulang.
Tuntutan pasar di Tanah Air untuk mendapatkan produk berbahan dasar alami yang ramah lingkungan, lanjut apt. Afqary, relatif mudah dipenuhi karena Indonesia kaya akan sumber daya bahan aktif dari alam.
“Indonesia berada di posisi kedua dalam hal keanekaragaman hayati daratan, setelah Brasil, tapi peringkat pertama sebagai pusat agro biodiversitas dunia apabila keanekaragaman hayati darat dan laut digabungkan,” ujarnya.
Dia mencontohkan tanaman Sacha inchi, atau juga dikenal sebagai kacang inka atau kacang gunung, yang kaya akan asam lemak omega 3, omega 6, dan omega 9.
“Dengan kandungan omega yang tinggi, tanaman ini bermanfaat untuk regenerasi tubuh, sehingga bagus juga untuk perawatan kulit,” imbuh apt. Afqary yang juga merupakan Kepala Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi (STTIF) Bogor tersebut.
Sementara itu, bahan aktif yang berasal dari lingkungan laut bisa diambil dari ikan laut dalam, terutama yang hidup lebih dari 2.000 meter di bawah permukaan laut. “Semakin ekstrem kondisi lingkungan suatu makhluk itu hidup, maka pasti memiliki lebih banyak kandungan alam yang bisa kita manfaatkan,” ujarnya.
Laporan: Redaksi

.jpg)








