Feature – Pasar pagi populer di Wajima, Jepang, ludes dilalap si jago merah

Pasar Pagi Asaichi yang telah ada sejak lebih dari 1.000 tahun silam, ketika penduduk setempat melakukan barter ikan dan sayuran saat festival kuil, ludes dilalap api setelah gempa bumi bermagnitudo 7,6 menghantam pusat Prefektur Ishikawa dan sekitarnya pada sore hari waktu setempat saat Tahun Baru.
Tokyo, Jepang (Xinhua) – Kota pesisir Wajima di Jepang merupakan lokasi yang paling parah terdampak ketika serangkaian gempa bumi hingga bermagnitudo 7,6 menghantam pusat Prefektur Ishikawa dan sekitarnya pada sore hari waktu setempat saat Tahun Baru.
Di Pasar Pagi Asaichi yang terkenal di pusat kota itu, terlihat tembok-tembok yang hangus sementara tanah penuh dengan puing-puing. Mobil-mobil yang terbakar hanya menyisakan kerangka, sedangkan tiang-tiang kabel bengkok dan melengkung.
Berpusat di sekitar 30 kilometer sebelah timur-timur laut Wajima, gempa dahsyat bermagnitudo 7,6 tercatat sebagai gempa berkekuatan maksimum 7 pada skala intensitas seismik di negara itu, merusak jalanan, merobohkan ratusan bangunan, dan memicu kebakaran besar yang meluluhlantakkan sebagian besar pasar tersebut, yang telah berdiri sejak lebih dari 1.000 tahun silam.

Area seluas sekitar 48.000 meter persegi, atau setara dengan luas 4,5 kali lapangan sepak bola, ludes dilalap api setelah kebakaran tersebut terjadi di pusat kota Wajima, menurut estimasi terbaru dari Otoritas Informasi Geospasial Jepang.
Menurut situs jejaring resminya, Pasar Asaichi merupakan satu dari tiga pasar pagi terbesar di Jepang, dengan lebih dari 200 kios yang menjual makanan laut, makanan ringan, dan kerajinan tangan. Sejarah pasar itu telah ada sejak lebih dari 1.000 tahun silam, ketika penduduk setempat melakukan barter ikan dan sayuran saat festival kuil.
Kini, sebagian besar objek wisata yang terkenal itu telah hancur.
Sepasang suami istri berusia lanjut tampak termangu di depan sebuah tempat terbuka. Pria tua itu mengatakan kepada Xinhua bahwa “toko yang telah berdiri selama lebih dari 60 tahun sudah lenyap.”
Pasangan tersebut telah menjalankan bisnis yang menjual kerajinan pernis dan kerajinan tangan di pasar pagi itu. Karena toko tersebut terbuat dari kayu dan menjual pernis yang mudah terbakar, kobaran api menghanguskan toko itu.
“Kami tutup pada 1 Januari dan merayakan Tahun Baru di rumah. Kami mengetahui dari televisi bahwa ada kebakaran di Pasar Asaichi, dan kami tahu toko kami tidak akan selamat. Kami tidak berani datang. Hari ini pertama kalinya kami datang dan melihat pasar,” kata wanita tua itu sembari menangis. “Saya sangat syok. Semuanya lenyap,” lanjutnya.

Beberapa hari telah berlalu sejak bencana gempa bumi itu terjadi, asap masih terlihat di beberapa tempat, serta bau yang kuat dan menyengat membuat mustahil untuk tinggal berlama-lama.
Seluruh Kota Wajima menjadi sangat sunyi. Sementara itu, tim penyelamat terlihat menyisir reruntuhan bangunan.
Hingga pukul 16.00 waktu setempat, jumlah korban tewas di Prefektur Ishikawa akibat gempa bumi pada Senin (1/1) telah bertambah menjadi 126 orang, dengan 69 orang dilaporkan berada di Wajima yang terdampak paling parah, menurut laporan lembaga penyiaran publik NHK pada Sabtu (6/1).
Laporan: Redaksi