Perekonomian China yang stabil akan berdampak positif pada ekspektasi ekonomi dan permintaan pun akan tumbuh, yang pada gilirannya “akan berdampak positif pada ekonomi dunia.”
Jakarta (Indonesia Window) – Perekonomian China yang semakin pulih dan menguat merupakan perkembangan penting di saat dunia berjuang untuk bangkit dari kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga, menipisnya pasokan pangan, dan ketidakpastian di tengah krisis Ukraina, kata seorang pakar bisnis dan manajemen global terkemuka Italia.
Perekonomian China, sebagai yang terbesar kedua di dunia, mendatangkan riak ke pasar dunia, apa pun yang dilakukannya, sebut Antonio Majocchi, seorang profesor manajemen global dari Departemen Bisnis dan Manajemen di Universitas LUISS Roma.
“Jika pertumbuhan China melambat, itu menjadi masalah bagi semua orang, dan jika pertumbuhan China meningkat, itu menjadi kabar baik bagi semua orang,” kata Majocchi dalam sesi wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.
Pengaruh China terhadap ekonomi dunia merupakan yang terpenting dan sama sekali tidak boleh diremehkan, “terutama bagi perekonomian seperti di Italia dan Jerman yang merupakan pengekspor utama,” katanya, menambahkan bahwa “hal yang sama berlaku bagi kawasan Eropa pada umumnya.”
Kabar terbaru dari China menunjukkan hal positif. Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China mencatat penjualan ritel barang konsumsi pada Juli 2022 naik 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy), menyusul kenaikan 3,1 persen pada Juni.
NBS menyebut bahwa ekonomi China pada Juli “mempertahankan momentum pemulihan” terlepas dari “lingkungan internasional yang semakin rumit dan menantang serta wabah COVID-19 di dalam negeri yang kerap terjadi dan sporadis.”
Majocchi menilai bahwa situasi internasional saat ini membuat pemulihan ekonomi global yang sedang berkembang dari pandemik virus corona menjadi lebih “lemah” dan menantang.
“Segalanya menjadi lebih sulit saat ini,” katanya.
Ekonomi global mengalami kenaikan harga energi dan transportasi serta menipisnya pasokan pangan. Sementara itu, cuaca panas dan kering yang tidak biasa di negara-negara Eropa dan di berbagai belahan dunia lain juga memberikan pukulan terhadap banyak sektor.
Sang profesor menyebut bahwa kenaikan harga di China lebih moderat ketimbang di Eropa. Inflasi tahunan pada Juli di zona euro naik sebesar 8,9 persen, menurut kantor statistik Eropa, Eurostat. Sementara inflasi itu konsumen Amerika Serikat pada Juli melonjak 8,5 persen dari setahun yang lalu.
Sebagai perbandingan, indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) China pada Juli 2022 adalah 2,7 persen lebih tinggi dari angka pada Juli 2021, menurut data resmi. “Masalah utama sekarang (untuk ekonomi global) adalah inflasi, tetapi di China, indeks harga konsumen jauh lebih rendah,” ujar Majocchi.
Profesor itu mengatakan bahwa penguatan ekonomi China merupakan salah satu faktor ekonomi global yang membantu menyesuaikan prospek investasi untuk beberapa bulan dan tahun mendatang.
Situasi yang stabil di China akan berdampak positif pada ekspektasi ekonomi dan permintaan pun akan tumbuh, yang pada gilirannya “akan berdampak positif pada ekonomi dunia,” imbuh Majocchi.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi