Banner

Opini – Lansia jangan disia-sia

Ilustrasi. (Alex Boyd on Unsplash)

Pada penghujung Oktober 2021 seorang lansia (lanjut usia) bernama Trimah (65 tahun) dititipkan ke sebuah panti jompo Griya Lansia Husnul Khatimah di Kota Malang, Jawa Timur.

Dia mengatakan alasan dirinya dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai hidupnya.

Kisah Trimah lalu viral setelah foto surat pernyataan ketiga anak yang menitipkan ibunya di panti jompo dengan alasan sibuk bekerja diunggah ke media sosial.

Dalam surat, itu anak-anak Trimah menyatakan, menyerahkan prosesi pemakamaman sang ibu kepada pihak panti jompo bila kelak Trimah meninggal.

Selain kasus Nenek Trimah, tiga lansia lain juga muncul di publik yang mengalami nasib serupa, dibuang oleh anak-anak mereka. Ada Kakek Sumanto yang ditinggal anaknya di jalan saat takbiran, Nenek Bollo yang sedang sakit lalu dibuang anaknya di sebuah gubuk kecil, dan Nenek Sumarni yang ditinggal begitu saja oleh anaknya di pinggir jalan.

Banner

Sementara itu, pada April 2020 sempat menjadi viral berita tentang seorang kakek yang dibuang anak-anaknya di salah satu lokasi di Kota Banda Aceh. Saat ditemukan, lansia yang diperkirakan berumur 80 tahun dengan postur kurus itu dalam kondisi lemah, nafas terengah-engah, dan tangan membengkak. Awalnya pria lansia tersebut masih sanggup berkomunikasi meski sangat kepayahan. Dia  sempat mengaku telah dibuang oleh anak-anaknya ke lokasi itu sehari sebelumnya.

Kisah pilu lansia yang dibuang di jalan dan atau diserahkan ke panti jompo dengan alasan anak tidak sanggup merawat orang tua mereka semakin banyak.

Setidaknya ada dua faktor yang menjadi penyebab anak membuang orang tua mereka.

Pertama adalah faktor ekonomi. Keterbatasan ekonomi keluarga untuk mencukupi kebutuhan dasar anggota keluarga seperti makan, tempat tinggal layak, dan keperluan hidup sehari-hari tidak terpenuhi secara baik. Di beberapa kasus yang telah viral, anggota keluarga yang telah lansia dianggap menjadi beban keluarga, dan dengan sengaja dibuang dan ditelantarkan di pinggir jalan.

Kedua, hubungan yang tidak harmonis. Hubungan yang tidak harmonis bisa muncul ketika anak memiliki perbedaan pendapat atau punya masalah dengan orangtuanya, dan tidak dapat diselesaikan.

Ketidakharmonisan juga muncul karena pengalaman masa pengasuhan yang buruk ketika anak masih kecil.

Banner

Ada juga orangtua yang bermasalah dengan menantunya, sehingga anak kandungnya lebih memilih membuang atau menelantarkan orangtua ketimbang berselisih dengan pasangannya.

Biang kerok

Masalah ekonomi dan hubungan keluarga dilatarbelakangi oleh pandangan hidup kapitalistik yang menjangkiti sebagian besar masyarakat.

Pandangan hidup kapitalistik terbentuk dari sistem ekonomi kapitalis yang secara bertahap diterapkan oleh negara saat ini.

Salah satu konsep kaum kapitalis yang menonjol adalah tentang individu yang bisa menjadi pemilik satu-satunya bagi apa yang dapat dihasilkannya. Ini menyebabkan kecenderungan yang keras di kalangan masyarakat untuk mengumpulkan kekayaan dan keuntungan sebesar-besarnya bagi dirinya.

Pada akhirnya, mereka selalu menilai baik segala hal jika ada kegunaan atau manfaat dari sesuatu itu, yang sifanya subjektif dan duniawi. Keyakinan ini bertitik tolak dari egoisme yang dipertaruhkan kepada diri tiap individu dari masyarakat.

Banner

Saat pemerintah mengadopsi sistem ekonomi ini, maka tidak ada tanggung jawab negara untuk melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dalam sistem ini, pengelolaan sumber daya alam dan berbagai sarana vital masyarakat diserakan kepada swasta. Dengan begini, golongan orang kaya akan semakin kaya, sementara penduduk miskin akan semakin terbelit dalam kemiskinan.

Dari sistem ini lahirlah anak-anak durhaka yang mati fitrahnya karena tiadanya pemahaman tentang keutamaan memuliakan orangtua karena sibuk mencari materi dunia yang tak pernah berujung.

Opini – Lansia jangan disia-sia
Ilustrasi. (guvo59 on Pixabay)

Islam

Sementara kapitalisme mendorong masyarakat untuk mengejar dan mendapatkan materi sebanyak-banyak an sich, Islam mewajibkan orang-orang kaya untuk memenuhi hak-hak orang miskin dalam mekanisme zakat, infaq dan sedekah.

Selain itu, sistem Islam yang diterapkan di tataran negara, menuntut pemerintah agar tidak lepas tangan dalam mengurus hajat hidup seluruh masyarakat, dengan sumber daya alam tidak akan menjadi milik individu, namun dikelola oleh pemerintah demi kesejahteraan seluruh rakyat.

Islam juga mewajibkan setiap manusia untuk berbakti kepada orangtua dengan cara memperhatikan dan mengurus semua keperluan mereka, terutama saat mereka telah menjadi lansia dan tidak mampu mengurus diri sendiri.

Banner

Kurangnya harta saat harus mengurus orangtua tidak bisa dijadikan alasan untuk menelantarkan mereka. Justru, impitan ekonomi di kala harus melayani orangtua akan semakin menambah bobot pahala bagi anak.

Sikap dan perlakuan anak terhadap orangtua akan menentukan nasibnya kelak di hadapan Allah ﷻ.

Penulis: Rismiyana (praktisi pendidikan dan pemerhati sosial kemasyarakatan)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan