Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berkomitmen terus melanjutkan program mandatori biodiesel mengingat komoditas ini mempunyai nilai ekonomi besar mencapai 4 miliar dolar AS atau setara 57,39 triliun rupiah pada 2021.
“Pada tahun 2021, nilai ekonomi dari implementasi B30 mencapai lebih dari 4 miliar dolar AS dan berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 juta karbon dioksida ekuivalen,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Arifin mengatakan pemerintah tidak akan berhenti pada pengembangan B30. Kementerian ESDM berencana meningkatkan pencampuran sumber energi nabati yang lebih tinggi dengan menerapkan bahan bakar hijau.
Saat ini, pemerintah sedang melakukan berbagai kajian komprehensif, antara lain menyiapkan kajian tekno ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, dan pengembangan industri pendukung.
Sejauh ini, Kementerian ESDM telah berhasil melakukan uji terbang pesawat menggunakan bioavtur 2,4 persen guna mengurangi emisi di sektor penerbangan.
Di masa mendatang, Kementerian ESDM akan menerapkan indikator keberlanjutan berupa indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pada 2022, Kementerian ESDM akan memulai implementasi indikator keberlanjutan biodiesel secara sukarela di sisi hilir.
“Kami berharap dalam waktu dekat indikator keberlanjutan biodiesel ini dapat diterapkan, baik di sisi hulu maupun hilir,” tutur Arifin.
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa metil ester dari rantai panjang asam lemak sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
Biofuel yang dihasilkan dari sumber terbarukan berupa kelapa sawit memberikan nilai tambah melalui hilirisasi pertanian dalam negeri, menstabilkan harga minyak sawit mentah, meningkatkan kesejahteraan petani kecil, menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca, mengurangi impor minyak, menghemat devisa dan neraca perdagangan, menyediakan lapangan kerja, serta menjaga ketahanan energi nasional.
Pada 2022, Kementerian ESDM telah menetapkan alokasi biodiesel untuk pasar dalam negeri sebanyak 10,15 juta kiloliter. Kebijakan ini mempertimbangkan asumsi pertumbuhan permintaan minyak solar sebesar 5,5 persen dengan perkiraan permintaan sebanyak 33,84 juta kiloliter.
Laporan: Redaksi