Negara Bagian Texas di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan upayanya untuk secara fisik menghalangi para migran memasuki AS melalui Operation Lone Star yang dilancarkannya, dan beberapa inisiatif paling agresif telah ditargetkan ke Eagle Pass.
New York City, AS (Xinhua) – Negara Bagian Texas di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan upayanya untuk secara fisik menghalangi para migran memasuki AS melalui Operation Lone Star yang dilancarkannya, dan beberapa inisiatif paling agresif telah ditargetkan ke Eagle Pass. Di lokasi tersebut, negara bagian itu membentangkan kawat berduri sepanjang beberapa kilometer dan memasang deretan pembatas terapung di Rio Grande, menurut Houston Chronicle.
Sebuah surel dari seorang petugas Departemen Keamanan Publik Texas (Texas Department of Public Safety/DPS) menggambarkan kondisi di sepanjang perbatasan di Eagle Pass, yang disebut “tidak manusiawi” oleh petugas itu sendiri.
Petugas DPS tersebut, Nicholas Wingate, menyampaikan beberapa kekhawatiran kepada atasannya pada awal bulan ini, termasuk laporan tentang seorang wanita hamil yang mengalami keguguran dan tersangkut di kawat, seorang anak perempuan berusia empat tahun yang pingsan akibat kepanasan parah setelah mencoba melewati perbatasan dan didorong oleh tentara Garda Nasional Texas, serta seorang remaja yang tulang kakinya patah usai mencoba melewati air di sekitar kawat dan harus digendong oleh ayahnya.
Menurut tentara tersebut, para petugas juga diperintahkan untuk menolak memberikan air minum kepada para migran, yang melakukan perjalanan di tengah suhu panas ekstrem yang bisa mencapai 100 derajat Fahrenheit (sekitar 37 derajat Celsius), dan mendorong mereka kembali ke air. Upaya-upaya ini telah membuat beberapa migran jera, serta menyebabkan banyak migran lainnya cedera dan kemungkinan tewas.
“Perbatasan AS-Meksiko menjadi zona yang semakin tidak manusiawi dan sering kali mematikan, dan hal yang memalukan bagi negara,” sebut seorang jurnalis yang berbasis di New York City, Jill Filipovic, pada Selasa (18/7) dalam tulisannya untuk CNN, sehubungan dengan deskripsi yang disampaikan oleh tentara tersebut.
Laporan: Redaksi