Banner

Namibia luncurkan aplikasi kearsipan untuk lestarikan warisan budaya

Foto yang diabadikan pada 19 September 2014 ini menunjukkan penanda Situs Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di pintu masuk situs pahatan batu Twyfelfontein di Wilayah Kunene, Namibia. (Xinhua/Gao Lei)

Namibia Archival Application berperan sebagai pintu masuk ke berbagai koleksi arsip, yang dapat diakses secara simultan.

 

Windhoek, Namibia (Xinhua) – Namibia pada Rabu (24/1) meluncurkan aplikasi kearsipan untuk meningkatkan aksesibilitas serta melestarikan dan mempromosikan warisan budaya negara itu melalui sarana teknologi yang canggih.

Berpidato dalam acara peluncuran aplikasi tersebut, Menteri Pendidikan, Seni, dan Kebudayaan Namibia Ester Nghipondoka menyampaikan bahwa melalui antarmuka yang mudah digunakan dan fitur-fitur canggih, aplikasi tersebut akan mendemokrasikan akses terhadap catatan sejarah, sehingga warisan Namibia menjadi lebih mudah diakses dan menarik bagi semua orang.

“Arsip merupakan warisan budaya kami dan landasan identitas nasional kami. Arsip merefleksikan sejarah bersama, keragaman tradisi, dan perjalanan kolektif kami yang telah membawa kami ke posisi sekarang. Sebagai pelestari warisan yang tidak ternilai tersebut, kami harus memastikan aksesibilitas, perlindungan, dan pelestarian arsip-arsip ini dmei generasi mendatang,” tutur Nghipondoka.

Namibia Archival Application
Foto yang diabadikan pada 19 September 2014 ini menunjukkan sebuah lempengan batu berukir di situs pahatan batu Twyfelfontein di Wilayah Kunene, Namibia. (Xinhua/Gao Lei)

Dikatakan Nghipondoka, aplikasi itu dirancang untuk menjadi sumber daya pendidikan dinamis yang akan mengatalisasi dan meningkatkan penelitian dan eksplorasi akademis.

Banner

“Namibia Archival Application lebih dari sekadar alat, aplikasi itu berperan sebagai pintu masuk ke berbagai koleksi arsip, yang dapat diakses secara simultan. Aplikasi tersebut memberdayakan para peneliti, sejarawan, pendidik, dan masyarakat melalui akses yang lancar ke koleksi arsip kami,” ujar Nghipondoka. “Dengan mengintegrasikan arsip kami ke dalam dunia digital, kami menjembatani gap antara tradisi dan teknologi, memastikan bahwa catatan sejarah kami tidak hanya dilestarikan, tetapi juga disebarluaskan secara aktif.”

Dia menambahkan bahwa aplikasi itu mewakili lompatan yang signifikan terkait kemampuan kearsipan negara tersebut. “Aplikasi ini tidak hanya sekadar inovasi perangkat lunak, tetapi juga perwujudan dedikasi kami dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan akses ke koleksi arsip kami.”

Inisiatif tersebut merupakan hasil dari dukungan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) serta kerja sama di antara berbagai lembaga di Namibia.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan