Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak merosot sekitar dua persen pada akhir perdagangan Selasa (17/5) atau Rabu pagi WIB, setelah naik di awal sesi ke level tertinggi tujuh pekan, di tengah berita bahwa Amerika Serikat akan melonggarkan beberapa pembatasan terhadap Pemerintah Venezuela.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni jatuh 2,31 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap di 111,93 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni terpangkas 1,8 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup di 112,40 dolar AS per barel.

Harga minyak turun lebih lanjut menyusul komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa mungkin ada beberapa kesulitan ekonomi yang terlibat untuk menurunkan inflasi. Bank sentral AS akan “terus mendorong” untuk memperketat kebijakan moneter AS sampai jelas bahwa inflasi menurun, katanya.

“Beberapa dari komentar itu meredam antusiasme pembelian di sisi minyak,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

Reuters melaporkan bahwa sumber-sumber mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan segera memberikan wewenang kepada perusahaan minyak AS Chevron Corp. untuk bernegosiasi dengan pemerintah Presiden Venezuela Nicolas Maduro, untuk sementara mencabut larangan diskusi semacam itu.

Sebelum itu, Brent telah naik ke tertinggi sesi di 115,69 dolar AS per barel, terbesar sejak 28 Maret. WTI telah mencapai 115,56 dolar AS per barel, tertinggi sejak 24 Maret.

Memperkuat tertinggi sesi itu adalah berita bahwa pada Senin (16/5) Menteri Luar Negeri Uni Eropa gagal dalam upaya mereka menekan Hongaria untuk mencabut vetonya pada embargo minyak yang diusulkan. Tetapi beberapa diplomat sekarang menunjuk pada pertemuan puncak 30-31 Mei sebagai momen untuk kesepakatan tentang larangan bertahap terhadap minyak Rusia.

Angka-angka menunjukkan bahwa pada April, OPEC dan negara-negara sekutu termasuk Rusia, memproduksi jauh di bawah level yang diperlukan berdasarkan kesepakatan untuk secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat selama pandemik terburuk pada 2020.

Bulan ini, pengiriman non-Rusia ke pelabuhan Polandia Gdansk mencapai yang tertinggi dalam setidaknya tujuh tahun, karena kilang di Jerman timur dan Polandia beralih dari minyak Rusia.

“Pada akhirnya, ini adalah cerita dari sisi penawaran,” kata Fawad Razaqzada, analis di City Index. “Kecuali OPEC dan sekutunya meningkatkan produksi dan cepat, sulit untuk melihat bagaimana harga bisa turun secara berarti.”

Data industri AS tentang persediaan akan dirilis pada Selasa (17/5), dengan laporan pekanan diperkirakan akan menunjukkan kenaikan stok minyak mentah dan penurunan persediaan bensin.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan