Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Rabu pagi, dengan minyak AS naik untuk sesi keenam berturut-turut sementara Brent naik lebih banyak karena reli berbasis luas di pasar global mendukung harga lebih tinggi.

Minyak mentah Brent bertambah 23 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 79,17 dolar AS per barel pada pukul 01.01 GMT.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,19 dolar AS per barel.

Kedua kontrak diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sebulan, dibantu oleh penguatan di pasar ekuitas.

Kelas aset mulai dari minyak hingga ekuitas telah memulihkan kerugian sejak akhir November, ketika varian Omicron membuat investor bergegas mencari aset-aset aman untuk berlindung.

Penundaan Inggris dan Prancis untuk memberlakukan lebih banyak pembatasan COVID sebelum akhir tahun juga membuat investor bersemangat. Karena ketakutan terburuk atas dampak varian telah mereda, investor telah kembali ke aset-aset berisiko.

Kekurangan staf yang disebabkan oleh Omicron menyebabkan ribuan pembatalan penerbangan selama akhir pekan Natal di Amerika Serikat.

Harga minyak didukung oleh tiga produsen minyak yang menyatakan force majeure bulan ini karena bagian dari produksi minyak mereka menghadapi masalah pemeliharaan dan penutupan ladang minyak.

Jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (27/12) bahwa persediaan minyak mentah AS kemungkinan telah turun untuk minggu kelima berturut-turut, sementara persediaan bensin terlihat sebagian besar tidak berubah pekan lalu.

Jajak pendapat dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, yang dijadwalkan pada 21.30 GMT pada Selasa (28/12), dan badan statistik Departemen Energi AS EIA, yang akan dirilis pada Rabu pukul 15.30 GMT.

Rusia tidak mungkin mencapai target tingkat produksi minyak pra-pandemik pada Mei, karena kurangnya kapasitas produksi cadangan, namun bisa melakukannya di akhir tahun, kata analis dan sumber perusahaan pada Selasa (28/12).

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak yang bertanggung jawab atas hubungan Moskow dengan kelompok produsen minyak OPEC+, mengatakan produksi pada Mei diperkirakan akan mencapai tingkat pra-pandemik, atau sekitar 11,33 juta barel per hari (bph) kondensat minyak dan gas seperti pada April 2020.

Investor sedang menunggu pertemuan OPEC+ pada 4 Januari, di mana aliansi ini akan memutuskan apakah akan melanjutkan rencana peningkatan produksi 400.000 barel per hari pada Februari.

Pada pertemuan terakhirnya, OPEC+ tetap pada rencananya untuk meningkatkan produksi untuk Januari meskipun ada Omicron.

Sementara itu, pengembangan ladang minyak terbesar Iran, Azadegan, akan selesai pada pertengahan 2023 dengan total produksi 320.000 barel per hari (bph), sebut Kementerian Perminyakan Iran pada Selasa (28/12).

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan