Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak sedikit berubah pada akhir perdagangan Senin (23/5) atau Selasa pagi WIB, menetap dengan naik tipis.
Perubahan ini menyusul kekhawatiran atas kemungkinan resesi bersaing dengan prospek permintaan bahan bakar yang lebih tinggi dengan musim mengemudi musim panas AS yang akan datang dan rencana pembukaan Shanghai kembali setelah dua bulan penguncian virus corona.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli menguat satu sen atau 0,01 persen, menjadi menetap di 110,29 dolar AS per barel, setelah sempat menguat lebih dari 1,60 dolar AS atau 1,5 persen.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli terangkat 87 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 113,42 dolar AS per barel.
“Ada awan hitam berkumpul di sekitar pasar keuangan di sini dan itu mulai berdampak pada minyak mentah,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
“Kesehatan ekonomi global dipertanyakan pada saat ini,” tambahnya, dikutip dari Reuters.
Berbagai ancaman terhadap ekonomi global melampaui kekhawatiran orang-orang kaya di dunia pada KTT ekonomi tahunan Davos di Swiss, dengan beberapa lainnya menandai risiko resesi di seluruh dunia.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan dia tidak memperkirakan resesi untuk ekonomi-ekonomi utama tetapi tidak dapat mengesampingkannya.
Kerugian minyak dibatasi oleh ekspektasi permintaan bensin akan tetap tinggi. Amerika Serikat akan memasuki musim mengemudi puncaknya yang dimulai pada akhir pekan Memorial Day pada akhir pekan ini.
Meskipun ada kekhawatiran bahwa kenaikan harga bahan bakar dapat mengurangi permintaan, analis mengatakan data mobilitas dari TomTom dan Google telah naik dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan lebih banyak pengemudi di jalan di tempat-tempat seperti Amerika Serikat.
Untuk mengatasi krisis pasokan besar dan menumpulkan kenaikan harga, Gedung Putih sedang mempertimbangkan deklarasi darurat untuk melepaskan solar dari persediaan yang jarang digunakan, kata seorang pejabat pemerintah.
Ketidakmampuan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan akhir tentang pelarangan minyak Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus”, telah membatasi kenaikan harga minyak. Hongaria terus menentang larangan yang diusulkan, memastikan tidak ada guncangan mendadak untuk pasokan.
“Tekanan terus-menerus dalam produk minyak sulingan di AS dan risiko Ukraina/Rusia yang selalu ada menopang harga,” kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA.
Shanghai, pusat komersial China, bertujuan untuk menormalkan kehidupan mulai 1 Juni ketika beban kasus virus corona menurun.
Penguncian di China, importir minyak utama dunia, telah memukul produksi industri dan konstruksi, mendorong langkah untuk menopang perekonomian, termasuk penurunan suku bunga hipotek (KPR) yang lebih besar dari perkiraan pada Jumat (20/5).
China mengatakan akan mengambil langkah-langkah yang ditargetkan, termasuk memperluas rabat kredit pajaknya, dan meluncurkan proyek-proyek investasi baru, untuk mendukung ekonominya, kata kabinet yang dikutip televisi pemerintah, Senin (23/5).
Laporan: Redaksi