Pemilik toko buku antik di Suriah dorong masyarakat agar tetap gemar membaca

Bashir Jarkas sedang membaca buku di toko bukunya, Modern Library, di pasar buku tua al-Halbouni di Damaskus, Suriah, pada 20 April 2024. Memiliki lebih dari 100.000 buku, tempat ini menjadi surga bagi para kutu buku selama hampir enam dekade berkat dedikasi Jarkas, yang kini berusia 80 tahun. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Oleh Hummam Sheikh Ali

Membaca buku merupakan cara yang unik untuk menghadirkan kegembiraan bagi masyarakat dengan membangun hubungan spiritual antara pembaca dan buku.

 

Damaskus, Suriah (Xinhua) – Di kawasan tua al-Halbouni di Damaskus, ibu kota Suriah, melewati gerbang sempit, para kutu buku dapat mengakses ‘perpustakaan’ yang unik, tempat mereka dapat membenamkan diri dalam kegiatan membaca di tengah deretan rak buku.

Toko buku bernama Modern Library milik Bashir Jarkas itu memiliki koleksi lebih dari 100.000 buku dan telah menjadi landmark di daerah tersebut selama hampir enam dekade. Jarkas yang berusia 80 tahun telah mendedikasikan hidupnya untuk berbagi kecintaannya membaca kepada masyarakat.

Membaca buku
Khalil Hadad, Manajer Perpustakaan Osama House, membaca buku di toko buku di daerah Victoria, Damaskus, Suriah, pada 20 April 2024. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Berbicara kepada Xinhua, Jarkas mengatakan kebiasaan membaca masyarakat terus berkembang dan preferensi mereka pun berubah seiring berjalannya waktu. Dulu, teks-teks keagamaan, politik, dan puisi adalah beberapa pilihan yang paling populer, namun kini terdapat peningkatan permintaan untuk novel dan buku-buku tentang pertumbuhan pribadi.

“Saya tidak bisa hidup tanpa buku. Membaca sama pentingnya seperti makanan dan minuman bagi saya,” tutur Jarkas.

“Saya menyarankan semua orang untuk terus membaca karena hal ini bermanfaat bagi mereka, anak-anak, dan masyarakat secara keseluruhan. Sangat disayangkan jika seseorang mengabaikan buku,” tambah Jarkas.

Membaca buku
Bashir Jarkas dan cucunya menata buku-buku di toko bukunya, Modern Library, yang terletak di pasar buku tua al-Halbouni di Damaskus, Suriah, pada 20 April 2024. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Cucunya, yang juga bernama Bashir, mengikuti jejak sang kakek, dengan bekerja di toko buku dan berencana untuk meneruskan warisan keluarga. Menurutnya, bisnis menjual buku adalah bisnis yang mulia.

Meskipun tren membaca daring semakin berkembang, Jarkas percaya bahwa buku konvensional masih memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditiru.

“Buku mempertahankan pesonanya ketika Anda membukanya, membacanya, dan berinteraksi dengan halaman-halamannya,” ujarnya.

Sejumlah gadis cilik membaca buku dalam pameran buku anak-anak yang digelar di Damaskus, Suriah, pada 5 Desember 2019. Kementerian Kebudayaan Suriah menyelenggarakan pameran buku anak-anak pada 5 Desember 2019. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Di sebuah toko buku lain di Damaskus, Khalil Hadad, Manajer Perpustakaan Osama House, menyatakan keprihatinannya atas menurunnya minat untuk membaca dan membeli buku di Suriah, karena biaya hidup yang tinggi membuat buku-buku baru semakin tak terjangkau.

Menurut Hadad, orang-orang menemukan cara-cara kreatif untuk berbagi buku. “Ada beberapa pembaca yang bekerja sama untuk membeli satu buku, sedangkan yang lainnya lebih memilih untuk membeli sebuah buku dan berbagi dengan sesama anggota kelompok. Ada juga yang meminjam dari perpustakaan umum,” kata Hadad.

Pada kesempatan Hari Buku Sedunia yang diperingati pada 23 April, Hadad menyoroti pentingnya membaca sebagai cahaya kehidupan, mengatakan bahwa membaca buku merupakan cara yang unik untuk menghadirkan kegembiraan bagi masyarakat dengan membangun hubungan spiritual antara pembaca dan buku.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan