Banner

WHO peringatkan lonjakan kasus malaria yang mengkhawatirkan di Ethiopia

Orang-orang yang mengenakan masker melintas di sebuah jalan di Addis Ababa, Ethiopia, pada 1 September 2020. (Xinhua/Michael Tewelde)

Malaria merupakan penyakit endemik di Ethiopia dengan prevalensi yang lebih tinggi di daerah-daerah di bawah ketinggian 2.000 meter, yang mencakup tiga perempat dari daratan negara tersebut. Sekitar 69 persen dari populasi negara yang tinggal di daerah-daerah ini menghadapi risiko infeksi.

 

Addis Ababa, Ethiopia (Xinhua/Indonesia Window) – Ethiopia melaporkan 8,4 juta kasus malaria sejak awal tahun ini, demikian disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Ini adalah jumlah kasus tertinggi yang pernah dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun, kata WHO dalam laporan Buletin Klaster Kesehatan Ethiopia yang dirilis pada Senin (23/12).

Menyebutkan bahwa “hampir setiap distrik” di negara Afrika Timur itu telah melaporkan satu kasus, WHO mengatakan banyak dari distrik tersebut telah melampaui ambang batas epidemi.

Malaria merupakan penyakit endemik
Tenaga kesehatan memberikan vaksinasi kepada seorang anak pada peluncuran kampanye vaksinasi malaria di Juba, ibu kota Sudan Selatan, pada 16 Juli 2024. (Xinhua/Denis Elamu)

Malaria merupakan penyakit endemik di Ethiopia dengan prevalensi yang lebih tinggi di daerah-daerah di bawah ketinggian 2.000 meter, yang mencakup tiga perempat dari daratan negara tersebut. Sekitar 69 persen dari populasi negara yang tinggal di daerah-daerah ini menghadapi risiko infeksi.

Banner

Biasanya, malaria mencapai puncaknya antara September dan Desember setelah musim hujan utama di negara tersebut, dan dari April hingga Mei setelah musim hujan sekunder.

Badan amal medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) baru-baru ini menyerukan tanggapan yang “mendesak dan tertarget” untuk mengendalikan epidemi malaria yang sedang berlangsung di Ethiopia.

MSF mengatakan bahwa dengan adanya perubahan musim dan perpindahan penduduk, sangat penting untuk memprioritaskan kesiapsiagaan respons di daerah-daerah berisiko tinggi dan di antara masyarakat yang rentan guna mendapatkan dampak yang maksimal.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan