Lowongan pekerjaan di AS melonjak pada September saat The Fed berusaha ‘dinginkan’ ekonomi

Orang-orang berbelanja di sebuah toko swalayan di San Mateo, California, Amerika Serikat, pada 13 September 2022. (Xinhua/Li Jianguo)

Lowongan pekerjaan di Amerika Serikat melonjak pada September, mencapai 10,72 juta, saat bank sentral The Fed berusaha mendinginkan ekonomi dengan melonggarkan pasar kerja yang ketat dan memerangi inflasi.

 

New York City, AS (Xinhua) – Upaya bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk melonggarkan pasar kerja yang ketat dan memerangi inflasi tidak menghentikan lonjakan lowongan pekerjaan pada September lalu, demikian dilaporkan United Press International (UPI) pada Selasa (1/11).

Laporan bertajuk ‘Rekapitulasi Lowongan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja’ (Job Openings and Labor Turnover Summary) yang diterbitkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS itu menunjukkan ada 10,72 juta lowongan pekerjaan di AS pada September.

“Itu setara dengan peningkatan sekitar setengah juta dari Agustus, yang melampaui estimasi,” sebut laporan itu.

Perekrutan mencapai angka 6,1 juta, sementara pemutusan hubungan kerja (PHK), pemecatan, dan orang-orang yang berhenti bekerja mencapai angka sekitar 5,7 juta, menurut laporan itu.

“Jumlah pekerjaan yang begitu mencolok pada September hanya 0,8 persen lebih rendah dibanding angka tertinggi pada Maret lalu,” menurut laporan itu. Disebutkan pula bahwa angka perekrutan mengalami penurunan tipis dibandingkan Agustus, begitu pula perpisahan antara perusahaan dan karyawan atau separation, yang meliputi PHK, pemecatan, dan orang-orang yang berhenti dari pekerjaan mereka.

Kenaikan suku bunga

Pada Rabu (2/11), The Fed menerapkan kenaikan suku bunga sebesar tiga perempat poin untuk kali keempat secara beruntun di tengah inflasi terburuk dalam empat dekade.

The Fed menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendek sebesar 0,75 poin persentase ke level tertinggi sejak Januari 2008.

The Fed akan “mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan dari kebijakan moneter yang memengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan,” menurut sebuah pernyataan.

Kenaikan suku bunga tersebut diperkirakan akan sedikit mengurangi pendapatan konsumen, memaksa warga AS untuk membayar lebih mahal guna melunasi utang atau memperoleh hipotek.

Indeks harga konsumen yang diamati secara luas pada September lalu menunjukkan bahwa inflasi mengalami penurunan tipis menjadi 8,2 persen dalam basis tahunan, tetapi naik 0,4 persen dalam basis bulanan.

Para anggota parlemen semakin lantang menyerukan agar bank sentral menghentikan kenaikan suku bunganya, sementara para kritikus khawatir hal tersebut dapat memicu resesi.

Namun, The Fed belum menunjukan indikasi bahwa pihaknya akan mengubah arah, karena tujuan bank sentral tersebut adalah untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2 persen, bahkan jika upaya itu memicu resesi.

Meskipun lowongan pekerjaan melimpah dan tingkat pengangguran tergolong rendah, para ekonom memprediksi kemungkinan resesi pada tahun depan, terutama jika bank sentral terus menaikkan suku bunga dengan kecepatan yang agresif.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan