Logam tanah jarang merupakan primadona dunia seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi bersih dan menjadi unsur utama dalam produk-produk kendaraan listrik maupun elektronik.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Hasil survei dan pemetaan serta pengolahan data yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) baru-baru ini menunjukkan, Indonesia mempunyai potensi sebesar 4,6 miliar meter kubik mineral berat pembawa logam tanah jarang, emas plaser sebanyak 268,4 juta meter kubik, pasir timah 386,4 juta meter kubik, pasir silika sebanyak 22,8 miliar meter kubik, serta 30 miliar meter kubik pasir besi.
Namun, potensi tersebut tidak menyebar merata di seluruh wilayah Indonesia, karena survei yang dilakukan baru mencakup 10 perse dari target national, dan belum ditambahkan dengan hasil survei dari para pemangku kepentingan, ujar Kepala BBSPGL Hadi Wijaya di Bandung Jawa Barat, Sabtu (16/12), dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM di Bogor, Jawa Barat, Selasa.
“Ini semua hasil murni dari Badan Geologi dan belum ditambahkan dengan hasil penelitian para mitra atau pun stakeholder yang terkait. Jadi artinya begitu besarnya potensi untuk mineral kelautan di Indonesia,” tuturnya.
Kementerian ESDM melalui BBSPGL kini tengah getol mencari potensi Rare Earth Elements (REE) atau mineral logam tanah jarang di lautan Indonesia.
Logam tanah jarang merupakan primadona dunia seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi bersih dan menjadi unsur utama dalam produk-produk kendaraan listrik maupun elektronik.
Survei dan pemetaan oleh BBSPGL tersebut mencakup 1.820 sampel dari 12 komoditas di 30 lokasi perairan di Tanah Air, yang diambil dari sedimen dasar laut menggunakan peralatan geologi.
Sampel bawah laut yang berada di kedalaman lebih dari 500 meter, diambil menggunakan kapal riset canggih, Geomarine III yang memiliki multipurpose vessel untuk pemetaan hidrografi, oseanografi, geologi, dan geofisika.
“Sepanjang tahun 2023 ini, BBPSGL telah melakukan survei menggunakan kapal Geomarine dan perahu kecil, mencapai lintasan survei sepanjang 4.790 kilometer, atau hampir lima kali bolak-balik Jakarta-Banyuwangi. Ini yang terpanjang selama lima tahun terakhir,” kata Hadi.
Laporan: Redaksi