Banner

Batu bata ramah lingkungan yang terbuat dari cangkang tiram dan terak tungku lebih unggul dibandingkan dengan batu bata konvensional, karena menggunakan lebih sedikit air, tenaga dan karbon selama proses produksi.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Batu bata ramah lingkungan yang terbuat dari cangkang tiram dan terak tungku yang merupakan gagasan para profesor di National Taipei University of Technology telah mendapatkan sertifikasi Cradle to Cradle (C2C) karena aman, sirkular dan dibuat secara bertanggungjawab.

Sertifikasi Cradle to Cradle (C2C) mencoba mengukur keberlanjutan lingkungan dan sosial dari suatu penemuan dalam lima kategori, yakni kesehatan material, pemanfaatan kembali material, energi terbarukan dan manajemen karbon, pengelolaan air, serta keadilan sosial.

Bata cangkang adalah inovasi dari Shao Wen-cheng, seorang pengajar di Pusat Penelitian dan Promosi Bahan Bangunan Hijau yang Inovatif, serta Cheng Ta-wui dan Lee Wei-hao yang mengajar di sekolah Institut Teknik Sumber Daya Mineral, menurut siaran pers yang dikeluarkan oleh sekolah tersebut pada Jumat (30/9).

Ketiganya mencampur bubuk dari cangkang tiram yang dihancurkan dengan terak dari tungku ledakan pabrik baja dan alkali, lalu memasukkan campuran tersebut ke dalam cetakan untuk menghasilkan batu bata ramah lingkungan, terang tim peneliti.

Banner

Menurut pihak lembaga pendidikan itu, ini adalah pertama kalinya di dunia bahwa produk universitas yang dipatenkan telah disertifikasi C2C, dan ‘Midas touch’ (kemampuan untuk menghasilkan uang dari apa pun yang dilakukan seseorang) muncul secara tidak sengaja.

Selama kunjungan ke SMP Makung di Kabupaten Penghu pada tahun 2019 untuk meningkatkan kesadaran akan konsep ekonomi sirkular, Shao menabrak tumpukan cangkang tiram yang ditinggalkan oleh petani tiram lokal di luar kampus, katanya kepada CNA dalam sebuah wawancara telepon.

Sementara orang-orang cenderung melihat cangkang-cangkang itu sebagai sampah, termasuk Direktur Umum sekolah Chuang hao-chih  yang bertanggung jawab atas kunjungan Shao, sang profesor malah melihat nilai dari limbah cangkang yang diabaikan oleh orang lain.

“Bagi saya, kerang itu bukan sampah. Mereka sebenarnya bahan bangunan,” kenang Shao.

Untuk mendemonstrasikan cara kerja ekonomi sirkular, Shao meminta Chuang untuk mengiriminya cangkang tiram, dari mana Shao dan timnya membuat batu bata dan mengirimnya kembali ke Chuang untuk digunakan di sekolahnya.

Shao meminta batu bata cangkangnya dievaluasi oleh organisasi yang mengkhususkan diri dalam keberlanjutan bahan, seperti the Green Building Materials Mark dan EPEA (Environmental Protection Encouragement Agency) atau Badan Pendorong Perlindungan Lingkungan Taiwan.

Banner

Umpan balik positif merekalah yang mendorong tim untuk mengajukan sertifikasi C2C tingkat atas dengan dukungan Kuo Yang Construction, perusahaan yang mengembangkan dan menjual bangunan tempat tinggal dan komersial yang dibangun oleh kontraktor konstruksi independen.

C2C menilai keamanan, sirkularitas, dan penggunaan material yang bertanggungjawab di lima kategori, yakni Kesehatan material, sirkularitas produk, perlindungan udara dan iklim bersih, pengelolaan air dan tanah, serta keadilan sosial, menurut situs jejaring Cradle to Cradle Products Innovation Institute.

Batu bata cangkang dianugerahi label perunggu, empat tertinggi pada skala lima tingkat dari keseluruhan sirkularitas, setelah platinum, emas dan perak.

Dibandingkan dengan batu bata konvensional, yang kurang ramah lingkungan karena konsumsi listrik dan emisi karbonnya yang tinggi, batu bata cangkang lebih unggul karena menggunakan lebih sedikit air, tenaga dan karbon untuk diproduksi, kata tim peneliti.

Satu-satunya kelemahan adalah bahwa batu bata cangkang saat ini harganya lebih mahal daripada batu bata standar untuk diproduksi, tetapi para peneliti itu merasa kesenjangan biaya akan menyempit setelah batu bata ini diproduksi dalam jumlah yang lebih besar.

Tidak jelas seberapa mungkin hal itu akan terjadi, tetapi sekolah tersebut mengatakan Taiwan menghasilkan lebih dari 100.000 metrik ton limbah cangkang tiram per tahun yang dapat digunakan untuk membuat batu bata ramah lingkungan.

Banner

Sumber: CNA Taiwan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan