Banner

Ledakan konstruksi global naikkan emisi karbon dunia hingga 10 gigaton

Sebuah lokasi konstruksi terlihat di Berlin, ibu kota Jerman, pada 30 Juli 2021. (Xinhua/Stefan Zeitz)

Emisi karbon dari sektor konstruksi telah mendorong emisi karbon ke level tertinggi sepanjang masa, mencapai 10 gigaton.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Ledakan konstruksi global dan jumlah bangunan telah mendorong emisi karbon di sektor ini ke level tertinggi sepanjang masa, mencapai 10 gigaton, membuat industri ini sekarang “keluar jalur” dari memenuhi janji dekarbonisasi pada tahun 2050, sebut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) pada Rabu (9/11).

Banner

“Peringatan bertahun-tahun tentang dampak perubahan iklim telah menjadi kenyataan,” kata Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen.

“Jika kita tidak segera mengurangi emisi sesuai dengan Perjanjian Paris, kita akan berada dalam masalah yang lebih dalam.”

Pada tahun 2021, lebih dari 34 persen permintaan energi global dan 37 persen emisi CO2 “yang terkait dengan energi dan proses” datang dari sektor bangunan dan konstruksi, menurut laporan UNEP.

Banner

Meskipun ada peningkatan 16 persen dalam investasi dalam pengembangan baru yang hemat energi sekitar 237 miliar dolar AS secara keseluruhan, emisi CO2 dari sekor industri pada tahun 2021 lima kali lebih tinggi daripada pada tahun 2020 dan dua persen lebih tinggi dari puncak pra-COVID pada tahun 2019, menurut data yang diterbitkan oleh UNEP menjelang konferensi iklim COP27 di Mesir.

Badan PBB tersebut menjelaskan bahwa investasi besar dan kuat sayangnya melebihi jumlah ruang lantai yang sedang dibangun.

“Baja, beton, dan semen telah menjadi kontributor utama emisi gas rumah kaca,” badan PBB menjelaskan, menambahkan bahwa bahan bangunan telah menyumbang sekitar sembilan persen dari emisi CO2 yang berasal dari energi.

Banner

Pada tahun 2021 saja, permintaan untuk pendingin, pemanas, penerangan, dan peralatan di gedung-gedung naik menjadi sekitar 4 persen sejak 2020 dan tiga persen sejak 2019. Ini menggarisbawahi kesenjangan yang semakin lebar antara kinerja iklim industri dan kebutuhan global akan dekarbonisasi pada tahun 2050.

Temuan UNEP mencul ketika para pemimpin dunia, pembuat keputusan tingkat atas, delegasi dan ahli berkumpul di kota pesisir Mesir Sharm el-Sheikh untuk KTT Iklim COP27 guna membahas masalah paling mendesak terkait dengan krisis iklim global.

*1 dolar AS = 15.500 rupiah

Banner

Sumber: Al Arabiya English

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan