Banner

Kunjungan Presiden Xi ke Arab Saudi bikin AS ketar-ketir

Putra Mahkota Kerajaan dan Perdana Menteri Arab Saudi Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud, menerima Presiden China Xi Jinping di Istana Al-Yamamah di Riyadh, pada Kamis (8/12/2022). (Saudi Press Agency)

Kunjungan Xi ke Arab Saudi, atas undangan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, telah membuat Amerika Serikat ketar-ketir, dengan memperingatkan bahwa kehadiran pemimpin negara di Asia Timur itu akan mempengaruhi Timur Tengah.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi, atas undangan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, telah membuat Amerika Serikat (AS) gelisah, dengan memperingatkan bahwa kehadiran pemimpin negara di Asia Timur itu akan mempengaruhi Timur Tengah.

Selama kunjungan kenegaraan itu, yang dimulai dari 7 hingga 10 Desember, Xi akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Arab pertama dan KTT China-Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC).

Gedung Putih pada Rabu (7/12) menanggapi kunjungan Xi ke Arab Saudi dengan memperingatkan bahwa upaya China untuk menyebarkan pengaruh ke seluruh dunia “tidak kondusif” bagi tatanan internasional.

Ditanya tentang kunjungan Xi, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Arab Saudi tetap menjadi sekutu penting AS, tetapi dia mengeluarkan peringatan atas China.

Banner

“Kami memperhatikan pengaruh yang coba dikembangkan China di seluruh dunia. Timur Tengah tentu saja merupakan salah satu kawasan di mana mereka ingin memperdalam tingkat pengaruhnya,” katanya.

“Kami percaya bahwa banyak hal yang mereka coba kejar dan cara mereka berusaha mengejarnya tidak kondusif untuk melestarikan tatanan berbasis aturan internasional,” imbuh Kirby.

Presiden Joe Biden telah menjadikan apa yang dia identifikasi sebagai persaingan global antara demokrasi dan otokrasi sebagai tema sentral kepresidenannya.

“Kami tidak meminta negara-negara untuk memilih antara Amerika Serikat dan China, tetapi seperti yang dikatakan presiden berkali-kali, kami percaya bahwa dalam kompetisi strategis ini Amerika Serikat pasti siap untuk memimpin,” kata Kirby.

Washington memiliki hubungan komersial, diplomatik, dan militer yang erat dengan Arab Saudi, sebuah negara bersistem monarki absolut Islam.

Ketegangan baru meletus atas keputusan OPEC+ (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para sekutunya) yang dipimpin Saudi untuk memangkas produksi dalam upaya menaikkan harga minyak. Langkah ini telah diklaim oleh pemerintahan Biden berpotensi merugikan partai Demokratnya dalam pemilihan legislatif paruh waktu pada November ini.

Banner

Kirby mengatakan, Arab Saudi telah menjadi mitra strategis AS selama sekitar 80 tahun, tetapi mencatat bahwa Biden telah memerintahkan peninjauan kembali hubungan tersebut.

“Ya, setelah keputusan OPEC+ beberapa bulan lalu, kami sedang meninjau hubungan bilateral itu dan memastikan bahwa itu paling sesuai dengan kepentingan keamanan nasional Amerika. Peninjauan itu sedang berlangsung,” kata Kirby.

Sumber: AFP; Al Arabiya English

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan