Banner

‘Nudging’ dan media sosial bentuk konsumsi berkelanjutan Gen Z

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, menyampaikan orasi ilmiah bertema ‘Peran ‘Nudging’ dan Media Sosial Dalam Pembentukan Perilaku Konsumsi Berkelanjutan Pada Generasi Z,’ dalam konferensi pers praorasi ilmiah Guru Besar IPB (Institut Pertanian Bogor) University, yang digelar secara daring pada Kamis (18/9/2025). (Indonesia Window)

Kombinasi strategi nudging atau dorongan halus dengan kekuatan media sosial dapat menjadi kunci dalam membentuk perilaku konsumsi berkelanjutan di kalangan Generasi Z.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, menegaskan bahwa kombinasi strategi nudging atau dorongan halus dengan kekuatan media sosial dapat menjadi kunci dalam membentuk perilaku konsumsi berkelanjutan di kalangan Generasi Z.

Pandangan itu dia sampaikan dalam orasi ilmia berjudul ‘Peran Nudging dan Media Sosial Dalam Pembentukan Perilaku Konsumsi Berkelanjutan Pada Generasi Z,’ pada konferensi pers praorasi ilmiah Guru Besar IPB (Institut Pertanian Bogor) University, yang digelar secara daring pada Kamis.

Menurut Prof. Lilik, tantangan global seperti perubahan iklim ekstrem dan polusi udara menuntut masyarakat untuk mengubah pola konsumsi menuju arah yang lebih ramah lingkungan.

“Generasi Z, yang kini berusia 18 hingga 23 tahun dan merupakan kelompok usia terbesar di Indonesia, dipandang memiliki peran penting dalam transisi ini. Survei menunjukkan tiga dari empat konsumen muda lebih memilih produk berkelanjutan, dan banyak di antara mereka aktif menyuarakan isu lingkungan melalui forum maupun media sosial,” urainya.

Banner

Namun, menurut Guru Besar IPB University tersebut, kesadaran itu belum sepenuhnya terwujud dalam tindakan nyata.

“Budaya konsumsi instan dan tren fast fashion masih menjadi hambatan yang membuat perilaku berkelanjutan sulit dipraktikkan secara konsisten. Di sinilah nudging hadir sebagai pendekatan yang halus namun efektif,” ujar Prof. Lilik.

Dengan menyusun ulang pilihan, menghadirkan opsi ramah lingkungan sebagai sesuatu yang lazim, memberikan umpan balik langsung tentang dampak positif, hingga menciptakan atmosfer visual yang mendorong konsumen, diyakini dapat membantu Gen Z mengambil keputusan lebih bertanggung jawab tanpa merasa dipaksa atau dibatasi kebebasannya, imbuhnya.

Lebih lanjut, Prof. Lilik menekankan bahwa media sosial memperkuat dampak nudging karena menjadi ruang utama bagi Gen Z untuk mencari informasi, mengekspresikan identitas, sekaligus membangun norma baru.

Konten dengan visual menarik, cerita yang relevan, dan kolaborasi dengan pemengaruh (influencer) mampu mengemas konsumsi berkelanjutan bukan sekadar ajakan moral, melainkan gaya hidup yang modern dan aspiratif.

Menurutnya, jika pesan keberlanjutan dikomunikasikan dengan cara yang menyenangkan dan sesuai nilai yang diyakini anak muda, peluang perubahan perilaku akan semakin besar.

Banner

Prof. Lilik menambahkan, penerapan strategi ini perlu didukung oleh berbagai pihak. Pemerintah dapat menghadirkan regulasi dan insentif ramah lingkungan melalui RPJMN 2025–2029, akademisi berperan membentuk pola pikir generasi muda lewat kurikulum hijau dan riset lintas disiplin, pelaku industri didorong menyediakan produk berlabel ramah lingkungan serta program loyalitas hijau, komunitas dapat mengampanyekan gaya hidup minim limbah, sementara media massa memiliki kekuatan besar untuk memperkuat norma baru melalui kampanye kreatif dan tantangan viral.

Nudging menyusun ulang pilihan, media sosial membentuk norma dan identitas. Keduanya bekerja bersama mendorong konsumsi berkelanjutan menjadi norma baru di kalangan Gen Z,” pungkas Prof. Lilik.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan