Klinik darurat di Gaza yang didirikan oleh warga setempat bertujuan untuk memberikan layanan medis kepada masyarakat di lingkungannya, terutama bagi para pengungsi, sekaligus mengurangi beban harian rumah sakit-rumah sakit yang sudah tak berfungsi optimal.
Gaza, Palestina (Xinhua) – Warga Gaza mendirikan sejumlah klinik darurat di lingkungan mereka dan tempat-tempat penampungan guna mendukung sektor kesehatan yang mengalami kelebihan beban serta menyediakan layanan kesehatan bagi orang-orang yang membutuhkan di daerah kantong yang dicabik-cabik perang tersebut.
Zaki Shahin (62), yang pernah bekerja sebagai perawat di Rafah, termasuk salah satu yang memutuskan membagikan pengalaman medisnya untuk memberikan layanan kesehatan bagi warga setempat di wilayahnya di Gaza selatan.
Pria itu mengubah toko kecilnya, yang dibukanya dua tahun lalu setelah pensiun, menjadi klinik darurat untuk memberikan layanan medis kepada masyarakat di lingkungannya, terutama bagi para pengungsi.
Shahin mendapatkan gagasan tersebut dua pekan lalu ketika salah seorang tetangganya terluka namun tidak bisa pergi ke rumah sakit mana pun untuk mendapatkan perawatan karena takut akan serangan udara Israel.
“Faktanya, rumah-rumah sakit hampir tidak bisa lagi menerima lebih banyak korban luka akibat serangan Israel. Jadi, saya memutuskan untuk membantu dan meringankan beban rumah sakit di wilayah saya,” tutur Shahin.
Dia menambahkan bahwa “masyarakat kami hidup dalam situasi yang sangat buruk tanpa memiliki hak asasi, baik di rumah mereka maupun di tenda-tenda sementara.”
Selama 16 jam sehari mulai pukul 07.00, Shahin memberikan layanan medis kepada ratusan orang.
Sama seperti Shahin, Fedaa al-Qirshaly (35), seorang dokter yang menetap di Gaza, mengubah tenda sementaranya menjadi klinik darurat untuk memberikan layanan medis gratis bagi para pengungsi di Rafah.
Ibu lima anak itu bercerita dirinya pindah ke Rafah bersama anak-anaknya untuk mencari perlindungan, tetapi kemudian mengetahui bahwa di tempat-tempat penampungan yang penuh sesak, banyak pengungsi yang tidak memiliki akses ke layanan medis.
“Saya lantas memutuskan untuk memberikan layanan kesehatan kepada mereka secara gratis,” kata al-Qirshaly.
Baik Shahin maupun al-Qirshaly memberikan pertolongan pertama kepada para pasien, seperti membalut luka, serta konsultasi medis untuk penyakit umum, termasuk batuk dan diare. Mereka juga memberikan obat-obatan yang mereka peroleh dari Kementerian Kesehatan secara gratis kepada pengungsi yang menjadi pasien mereka.
“Klinik-klinik medis darurat mungkin tidak cukup untuk menyediakan segala layanan medis, tetapi tentu saja dapat mengurangi beban harian rumah sakit,” tutur al-Qirshaly.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di daerah kantong pesisir tersebut sebagai balasan atas serangan tak terduga yang dilakukan militan Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan, menurut perhitungan pihak Israel.
Konflik yang sedang berlangsung di Gaza telah menewaskan lebih dari 23.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 60.000 lainnya, serta membuat sekitar 1,9 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Laporan: Redaksi