Survei mengatakan bahwa sekitar 90 persen trader berpendapat kenaikan suku bunga di AS dan resesi agak mungkin hingga sangat mungkin terjadi, dan 74 persen trader mengantisipasi bahwa resesi akan dimulai tahun ini.
Jakarta (Indonesia Window) – Tampaknya ada beberapa kebingungan tentang arah pergerakan harga di AS yang sebagian disebabkan oleh kenaikan suku bunga secara bulanan yang mereda pada Juli meskipun secara tahunan (year on year/yoy) masih tetap mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah, seperti dilansir CNN pada Jumat (12/8).
“Ini menimbulkan pertanyaan penting bagi konsumen maupun investor, yaitu, apakah inflasi sudah mencapai puncaknya? Menurut sejumlah analis pasar, mungkin sudah. Namun, kita masih jauh dari target yang kita inginkan,” urai laporan itu.
“Kita yakin inflasi terburuk dalam rantai pasokan dan energi sudah berlalu. Namun demikian, sejumlah kategori yang sulit berubah kemungkinan akan turut membuat inflasi tetap di kisaran 5,5 sampai 6 persen hingga akhir tahun ini, yang mencerminkan tren di seluruh dunia,” kata Scott Ruesterholz, seorang manajer portofolio di Insight Investment, sebagaimana dikutip.
“Kemungkinan kita telah mencapai inflasi puncak,” kata Charlie Ripley, seorang pakar strategi di Allianz Investment Management, sependapat. “Namun demikian, kami memperingatkan bahwa meski trennya membaik, masih jauh bagi kita untuk kembali ke inflasi 2 persen (yang menjadi target The Fed).”
Para investor masih belum yakin AS akan bisa terhindar dari resesi, sebut laporan itu mengutip Survei Sentimen Trader Charles Schwab baru-baru ini. Survei tersebut mengatakan bahwa sekitar 90 persen trader berpendapat resesi agak mungkin hingga sangat mungkin terjadi, dan 74 persen trader mengantisipasi bahwa resesi akan dimulai tahun ini.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi