Banner

Kanselir Jerman tegaskan kemitraan trans-Atlantik penting untuk hadapi China dan Rusia

Kanselir Jerman Olaf Scholz (depan) menghadiri sesi tanya jawab Bundestag di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Juli 2022. (Xinhua/Ren Pengfei)

Kemitraan trans-Atlantik tetap penting untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh ancaman serangan potensial Rusia di wilayah sekutu, sementara peralihan China ke arah isolasi dan pendekatannya ke Taiwan mengharuskan Eropa dan Amerika Utara untuk membentuk kemitraan baru dan lebih kuat dengan negara-negara di seluruh dunia.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Kanselir Jerman Olaf Scholz memperingatkan masyarakat internasional agar tidak menciptakan Perang Dingin baru dengan membagi dunia menjadi blok-blok dan menyerukan agar setiap upaya dilakukan untuk membangun kemitraan baru, tulisnya dalam sebuah opini untuk majalah Foreign Affairs yang diterbitkan online pada Senin.

Banner

Barat harus membela nilai-nilai demokrasi dan melindungi masyarakat terbuka, “tetapi kita juga harus menghindari godaan untuk sekali lagi membagi dunia menjadi blok-blok,” tulis Scholz dalam artikel tersebut.

“Ini berarti melakukan segala upaya untuk membangun kemitraan baru, secara pragmatis dan tanpa buta ideologis,” tambahnya.

Dalam artikel itu, Scholz menyebut China dan Rusia secara khusus sebagai dua negara yang menjadi ancaman bagi dunia multipolar, yang membutuhkan persatuan Eropa dan trans-Atlantik yang lebih kuat untuk mengatasinya.

Banner

Kemitraan trans-Atlantik tetap penting untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh ancaman serangan potensial Rusia di wilayah sekutu, sementara peralihan China ke arah isolasi dan pendekatannya ke Taiwan mengharuskan Eropa dan Amerika Utara untuk membentuk kemitraan baru dan lebih kuat dengan negara-negara di seluruh dunia, tulisnya.

“Jerman berniat menjadi penjamin keamanan Eropa seperti yang diharapkan oleh sekutu kami, pembangun jembatan (hubungan) di dalam Uni Eropa dan pendukung solusi multilateral untuk masalah global,” tulis Scholz.

Sumber: Reuters

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan