Banner

Kemenlu China: Kebijakan perjalanan Eropa terkait China harus nondiskriminatif

Seorang anak perempuan melakukan tos tangan dengan kakeknya yang datang menjemput di Bandar Udara Internasional Changshui Kunming di Kunming, Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 15 Januari 2023. Arus mudik Festival Musim Semi di China dimulai pada 7 Januari tahun ini, dan masyarakat China melakukan perjalanan untuk dapat berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta. (Xinhua/Jiang Wenyao)

Kebijakan peringatan perjalanan Eropa terhadap China harus berakar pada ilmu pengetahuan, proporsional, dan tidak diskriminatif.

 

Beijing, China (Xinhua) – Kebijakan peringatan perjalanan negara-negara Eropa terhadap China harus berakar pada ilmu pengetahuan, proporsional, dan tidak diskriminatif, demikian menurut Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Wang Wenbin pada Selasa (17/1).

Pernyataan itu disampaikan Wang saat menanggapi pertanyaan terkait dalam konferensi pers harian.

Wang menuturkan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), data genom virus yang beredar luas di China memiliki kesamaan komposisi urutan (sequence) dengan yang dilaporkan oleh negara-negara lain, yang dikumpulkan dari para pelaku perjalanan yang datang dari China, dan tidak ditemukan adanya varian baru atau mutasi yang signifikan.

Wang mengutip pernyataan Direktur Regional WHO untuk Eropa bahwa varian-varian virus SARS-CoV-2 yang beredar di China telah terdeteksi di Eropa dan tempat lain, dan situasi di China diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi epidemiologis COVID-19 di Eropa.

Banner

Selama tiga tahun terakhir sejak merebaknya COVID, hampir semua varian COVID dan subvariannya telah beredar luas di Amerika Serikat (AS), yang berarti negara itu telah menjadi salah satu negara yang menampung varian COVID terbanyak, sebut Wang.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, varian baru XBB.1.5 menyebar dengan cepat di AS dan telah menjadi varian yang paling cepat menyebar di negara tersebut, menjadi penyebab lebih dari 43 persen kasus infeksi, kata juru bicara itu.

AS perlu sepenuhnya membagikan informasi dan data COVID domestiknya dengan WHO dan komunitas internasional secara tepat waktu, terbuka, dan transparan, serta mengambil langkah nyata dan efektif guna menghentikan penyebaran virus lebih lanjut, imbuh Wang.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan