Banner

Kremlin: Masih terlalu dini untuk bahas pangkalan militer Rusia di Suriah

Foto yang diabadikan pada 11 Mei 2024 ini menunjukkan Kremlin di Moskow, Russia. (Xinhua/Alexander Zemlianichenko Jr)

Kelompok militan Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) telah merebut kendali penuh atas Provinsi Latakia, yang menjadi lokasi pangkalan Rusia.

 

Moskow, Rusia (Xinhua/Indonesia Window) – Masih terlalu dini untuk membahas pangkalan militer Rusia di Suriah karena hal itu akan menjadi topik diskusi dengan otoritas Suriah selanjutnya, ungkap Juru Bicara (Jubir) Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (9/12).

Peskov mengatakan bahwa Rusia mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan guna memastikan keamanan pangkalan-pangkalannya di Suriah.

Kelompok militan Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) telah merebut kendali penuh atas Provinsi Latakia, yang menjadi lokasi pangkalan Rusia, demikian dilansir Kantor Berita TASS pada Senin yang sama mengutip sejumlah sumber setempat.

Kelompok-kelompok militan belum menerobos pangkalan Tartus dan Hmeimim milik Rusia di wilayah tersebut, dan pangkalan-pangkalan itu juga masih beroperasi secara normal, kata sumber setempat.

Banner
Kelompok militan Suriah Hayat
Asap membubung tinggi pascaserangan udara di Damaskus, Suriah, pada 9 Desember 2024. Jet tempur Israel melancarkan serangkaian serangan udara yang menargetkan kapal-kapal angkatan laut Suriah yang bersandar di Pelabuhan Latakia dan depot militer di area pesisir pada Senin (9/12), menurut sebuah lembaga pemantau perang. Serangan Israel tersebut juga menghantam depot-depot senjata di Damaskus dalam apa yang terlihat sebagai upaya sistematis untuk melumpuhkan infrastruktur militer Suriah yang masih tersisa menyusul jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, ungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights). (Xinhua/Monsef Memari)

Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan telah mengundurkan diri dan tiba di Rusia untuk mendapatkan suaka setelah pemerintahannya runtuh pada Ahad (8/12) pascaserangan ekstensif yang dilakukan kelompok-kelompok militan dengan HTS sebagai pemimpinnya. Kelompok-kelompok militan tersebut melancarkan serangan besar-besaran mulai dari Suriah utara pada 27 November, dan kemudian bergerak ke arah selatan melalui wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah, hingga merebut ibu kota Suriah, Damaskus, dalam waktu 12 hari.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan