Banner

Kekeringan berdampak pada 75 persen populasi dunia pada 2050

Ilustrasi. Kekeringan adalah tren yang meningkat secara global karena pemanasan global dan hilangnya sumber daya air. (Md. Hasanuzzaman Himel on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Kekeringan berdampak pada 75 persen atau lebih dari tiga perempat populasi dunia pada tahun 2050, kata PBB, Jumat (17/6) yang bertepatan pada Hari untuk Memerangi Desertifikasi dan Kekeringan Sedunia.

Hari yang diperingati setiap 17 Juni sejak 1995 itu berfokus pada perubahan sikap publik terhadap pendorong utama penggurunan dan degradasi lahan.

Tema tahun ini, ‘Bangkit dari kekeringan bersama-sama’, menyoroti perlunya tindakan dini untuk mencegah bencana kemanusiaan dan lingkungan.

Kekeringan adalah tren yang meningkat secara global karena pemanasan global dan hilangnya sumber daya air, menurut data yang dikumpulkan oleh Anadolu Agency dari temuan ilmiah dan laporan oleh lembaga internasional.

Sejak tahun 2000, jumlah dan durasi kekeringan telah meningkat 29 persen, menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 2021.

Banner

Selain itu, satu dari empat anak diperkirakan akan tinggal di daerah yang dilanda kekeringan pada tahun 2040, menurut Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).

Afrika

Sebanyak 11,7 juta orang tewas karena alasan terkait kekeringan antara tahun 1900 dan 2019, sementara Afrika menderita lebih dari benua lain dengan 134 kali kekeringan dalam dua dekade terakhir.

Eropa telah mengalami 45 kekeringan dalam dekade terakhir. Biaya untuk Eropa telah melebihi 27 miliar dolar AS, dengan 15 persen dari daratan kontinental dan 17 persen dari populasi telah terdampak.

Di Amerika Serikat, kerusakan yang disebabkan oleh kekeringan pada produk pertanian saja telah mencapai 250 miliar dolar AS dalam satu abad terakhir.

Asia

Banner

Kekeringan, yang merupakan bencana alam paling sering mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia, setelah banjir, telah mengurangi produk domestik bruto di India sebesar 2 persen hingga 5 persen.

Sementara di Australia, kekeringan telah mengurangi produksi pertanian sebesar 18 persen sejak tahun 2000.

Somalia, Zimbabwe, Djibouti, Mauritania dan Afrika Selatan termasuk di antara negara-negara dengan risiko kekeringan tertinggi.

Sumber: Anadolu Agency

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan