Banner

Kebun Raya Bogor berperan dalam konservasi kawasan Malesia

Pohon ini berbeda jenis tetapi ditanam berdampingan pada tahun 1866. Pohon yang satu merupakan jenis dari pohon Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) sedangkan pohon yang ada disebelahnya adalah jenis dari pohon Ara Ratu (Ficus albipila (Miq.) King). Karena perawakannya mirip satu sama lain maka masyarakat sekitar menyebut pohon ini sebagai ‘Pohon Jodoh’. Kedua pohon ini merupakan jenis pohon yang sudah langka di Indonesia. (Kebun Raya Bogor)

Jakarta (Indonesia Window) – Sejak didirikan pada 18 Mei 1817, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat telah berkembang dari sebuah tempat aklimatisasi (adaptasi organisme di lingkungan baru) tumbuhan tropika menjadi pusat penelitian botani tropika dunia seraya melahirkan lembaga-lembaga penelitian lainnya di tanah air.

“Kebun Raya Bogor secara institusional menjadi penarik berdirinya lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia,” terang Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Ninok Leksono, seperti dikutip dari situs jejaring Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan, Kebun Raya Bogor juga berperan dalam meredam laju pemanasan global.

“Pengembangan Kebun Raya Bogor harus melihat aspek konservasi,” ujarnya.

Malesia

Sementara itu, profesor riset bidang etnobotani Eko Baroto Waluyo menyebutkan peran inti Kebun Raya Bogor adalah konservasi keanekaragaman tumbuhan.

“Hingga kini 90 persen flora hutan tropis kawasan fitogeografi Malesia yang meliputi Indonesia, Malaysia,  Brunei, Timor Leste , Filipina, dan Papua Nugini ada Kebun Raya Bogor,” ujar Eko.

Malesia adalah sebutan bagi wilayah yang membentang dalam zona ekologi Indomalaya hingga Australasia.

Selanjutnya dia menjelaskan, sejumlah komoditas perkebunan penting dunia awalnya diteliti di Kebun Raya Bogor sebelum disebarluaskan.

“Kebun Raya Bogor adalah tempat kopi pertama kali diteliti dan disebarluaskan, juga teh, kina, dan kelapa sawit. Sayur dan buah dari Eropa juga pertama kali diteliti di Kebun Raya Bogor, lalu diujicoba di Ciawi dan Cibodas, lalu diseberluaskan,” terang Eko.

Selain itu, Kebun Raya Bogor diduga berasal dari kawasan hutan Samida dari zaman Kerajaan Pajajaran (1030-1579) yang menyediakan tanaman dan pohon bagi upacara keagamaan.

“Saat ini arti kata Samida masih menjadi bahan diskusi di berbagai kalangan,” jelas peneliti etnobotani di Pusat penelitian Biologi LIPI, Fathi Royyani.

Fathi menjelaskan, beberapa sumber menyebutkan bahwa Samida merupakan hutan tertentu yang kayu-kayunya digunakan dalam upacara-upacara persembahan.

“Sumber lain juga menyebutkan keberadaan Samida ditujukan untuk keperluan kelestarian lingkungan dan sebagai tempat memelihara benih-benih kayu yang langka,” ujar Fathi.

Kebun Raya Bogor merupakan kebun raya tertua ketiga di dunia setelah Kebun Raya Padova di Italia (475 tahun) dan Kebun Raya Kew di Inggris (261 tahun).

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan