“Kekerasan senjata api berubah menjadi krisis hak asasi manusia di AS. Lebih dari 39.000 pria, wanita, dan anak-anak terbunuh oleh senjata api di AS setiap tahun sebagai akibat dari akses yang mudah dan meluas untuk mendapatkan senjata api bagi individu dan keluarga, serta peraturan kepemilikan senjata yang makin longgar.”
New York City, AS (Xinhua) – Amerika Serikat (AS) dirundung oleh aksi kekerasan dengan senjata api yang bertubi-tubi. Sekolah, rumah sakit, gereja, pusat perbelanjaan, komunitas Muslim, dan warga kulit hitam tidak luput dari serangan senjata api, demikian menurut laporan dari The Geopolitics pada Minggu (26/2).
Pemerintah AS mengizinkan warganya untuk memiliki 390 juta senjata api secara legal, dan “itulah sebabnya semua insiden semacam itu terjadi,” kata laporan tersebut.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) AS, sekitar 4.300 anak tewas akibat tembakan senjata api pada 2020, naik 33,4 persen dibandingkan pada 2019.
Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian pada remaja di AS dalam beberapa tahun terakhir, dan disusul oleh kematian akibat serangan senjata api. “Penggunaan senjata api terus meningkat karena kurangnya pengawasan senjata api,” sebut laporan itu.
“Namun, baik pemerintahan Partai Republik maupun Partai Demokrat tidak membuat perubahan besar dalam undang-undang senjata api,” imbuh laporan itu.
“Kekerasan senjata api berubah menjadi krisis hak asasi manusia di AS. Lebih dari 39.000 pria, wanita, dan anak-anak terbunuh oleh senjata api di AS setiap tahun sebagai akibat dari akses yang mudah dan meluas untuk mendapatkan senjata api bagi individu dan keluarga, serta peraturan kepemilikan senjata yang makin longgar,” demikian sebut laporan itu.
Laporan: Redaksi