Banner

Kedubes Sudan: Anak-anak direkrut Pasukan Pendukung Cepat untuk jadi tentara melawan Angkatan Bersenjata Sudan

Duta Besar Republik Sudan untuk Indonesia DR Yassir Mohamed Ali Mohamed (kiri) yang didampingi Deputy Head of Mission Sid Ahmed M. Alamain Hamid Alamain (kanan) mengadakan jumpa pers di Jakarta, Rabu, untuk memberikan perkembangan politik dan keamanan terkini di Sudan (Mohammad Anthoni)

Pasukan Dukungan Cepat ingin merebut kekuasaan secara paksa dan menyerang pasukan di Khartoum, ibu kota Sudan, dan kota-kota lainnya.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Kedutaan Besar Republik Sudan di Jakarta mengirim sejumlah foto tentara anak-anak untuk menunjukkan ke khalayak bahwa Pasukan Pendukung Cepat (RSF) merekrut mereka untuk melawan tentara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF).

Sedikitnya 10 foto tentara anak-anak yang berusia remaja berseragam militer dan memegang senjata api laras panjang dan pistol diterima Indonesia Window di Jakarta, Rabu, setelah Duta Besar Republik Sudan untuk Indonesia DR. Yassir Mohamed Ali Mohamed mengadakan jumpa pers di kediamannya di bilangan Patra Jasa, Kuningan, Jakarta, Rabu siang untuk menyampaikan perkembangan terakhir di negara Afrika itu.

Dubes Yassir juga menjelaskan pemberontak telah enam kali melanggar gencatan senjata kemanusiaan, dan melanggar kedaulatan tempat diplomatik asing seperti kedutaan Uni Eropa, India, Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat.

Personel Pasukan Dukungan Cepat merampas antara lain mobil CD milik Kedutaan Besar Indonesia di Khartoum.

“Saya ingin menjelaskan yang terjadi di Sudan adalah pemberontakan oleh RSF. Jadi keliru kalau ada opini dunia yang mengatakan bahwa yang terjadi di Sudan adalah perang saudara,” kata Yassir yang didampingi Deputy Head of Mission Sid Ahmed M. Alamain Hamid Alamain.

Konflik bersenjata  yang terjadi di negaranya dimulai  Sabtu pagi, 15 April 2023.

Pasukan Dukungan Cepat ingin merebut kekuasaan secara paksa dan menyerang pasukan di Khartoum, ibu kota Sudan, dan kota-kota lainnya.

Pasukan Pendukung Cepat
Pasukan Pendukung Cepat (RSF) merekrut dan melatih anak-anak dan remaja untuk dijadikan tentara melawan pasukan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF). Sebelumnya RSF dan SAF bersatu dalam menjaga keamanan negara. (Foto: Istimewa)

Sebelumnya RSF dan SAF bersatu dalam menjaga keamanan negara, tetapi kemudian muncul ambisi  RSF untuk mengambil alih keamanan secara sepihak.

SAF, berdasarkan tugas konstitusional dan tanggung jawab nasional untuk menjaga keamanan dan stabilitas di negara, tidak memiliki pilihan selain menanggapi serangan tersebut dengan keras.

“Sekarang RSF telah diusir dari markas SAF, dan sekitarnya, dan beberapa lokasi sensitif, yang mereka coba rebut seperti Istana Republik, Bandara Khartoum dan Perusahaan Penyiaran Radio dan Televisi Nasional. Ironisnya, semua lokasi ini dulunya dijaga bersama oleh pasukan SAF dan RSF,” kata Yassir.

Pada bagian lain Dubes Yassir mengatakan para mahasiswa asing termasuk Indonesia dapat kembali meneruskan kuliah mereka di berbagai universitas di Sudan setelah mereka meninggalkan Sudan untuk mengungsi atau kembali ke negaranya masing-masing.

“Kami berharap mereka dapat kembali melanjutkan kuliahnya jika situasi di Sudan sudah kondusif dan terkendali,” katanya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan