Kebutuhan kemanusiaan di Lebanon berada di tingkat yang belum pernah tercatat sebelumnya, dengan konflik antara Israel dan Hizbullah telah menghancurkan kehidupan banyak orang, dengan lebih dari 3.800 orang tewas, 15.800 terluka, dan hampir 900.000 orang terpaksa menjadi pengungsi internal, serta lebih dari setengah juta orang pergi melintasi perbatasan untuk mengungsi.
PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Gencatan senjata antara Israel dan Lebanon merupakan harapan terbesar untuk mengakhiri penderitaan luar biasa dalam krisis kemanusiaan paling dahsyat dalam satu generasi ini, demikian disampaikan koordinator urusan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (27/11).
“Badan kemanusiaan akan terus merespons untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan,” kata Tom Fletcher, under-secretary-general PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, di platform media sosial X.
Seiring kesepakatan gencatan senjata mulai diberlakukan pada Rabu pagi, badan kemanusiaan PBB dan mitra-mitranya dikerahkan untuk menyalurkan bantuan dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Pada hari pertama gencatan senjata, di tengah suhu yang sangat rendah, 11 truk dari Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) mengantarkan pasokan darurat kepada lebih dari 3.000 orang di Baalbek, termasuk selimut, kasur, jaket musim dingin, lembaran plastik, lampu tenaga surya, dan alas tidur.
“Segera setelah gencatan senjata mulai berlaku pada pukul 04.00 waktu setempat, penduduk Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut dan (Lembah) Bekaa mulai kembali ke rumah mereka setelah terpaksa mengungsi selama berbulan-bulan,” kata UNHCR. “Lalu lintas yang padat terlihat di jalan raya dari Beirut ke selatan sejak pagi ini.”
Badan tersebut mengatakan akan terus bekerja sama dengan otoritas dan mitra setempat untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan kepada warga yang terdampak guna membantu mereka tetap hangat dan aman selama musim dingin tahun ini.
UNHCR telah mengirimkan lebih dari 330.000 barang bantuan kepada lebih dari 190.000 orang di Lebanon sejak 23 September.
Sementara itu, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) terus membantu anak-anak yang terdampak parah oleh konflik tersebut, dan memberikan bantuan psikologis darurat kepada ribuan anak dan pengasuh mereka. Sejak September, UNICEF telah menjangkau lebih dari 9.000 anak dan pengasuhnya dengan bantuan psikologis.
“Upaya mendesak harus segera dimulai untuk memastikan perdamaian ini dapat dipertahankan,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
“Anak-anak dan keluarga harus dapat kembali ke komunitas mereka dengan aman, terutama mereka yang mengungsi di tempat penampungan dan komunitas penampung. Perlindungan bagi anak-anak dan keluarga mereka harus tetap menjadi inti dari segala upaya untuk menstabilkan situasi dan mendukung pemulihan,” tambahnya.
Kebutuhan kemanusiaan di Lebanon berada di tingkat yang belum pernah tercatat sebelumnya. PBB dan para mitranya membutuhkan akses yang cepat, aman, dan tanpa hambatan sehingga bantuan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan, ungkap Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah menghancurkan kehidupan banyak orang, dengan lebih dari 3.800 orang tewas, 15.800 terluka, dan hampir 900.000 orang terpaksa menjadi pengungsi internal, serta lebih dari setengah juta orang pergi melintasi perbatasan untuk mengungsi, papar otoritas Lebanon.
“Kehancuran yang terjadi pada rumah, layanan kesehatan, dan mata pencarian sangatlah mencengangkan,” kata OCHA.
OCHA mengatakan bahwa badan dunia itu akan terus mendukung pemerintah Lebanon dan mitra-mitranya.
Laporan: Redaksi