Banner

Feature – Kebun atap ubah desa di Mesir yang dulunya miskin ini jadi oasis subur

Seorang petani terlihat mengurus kebun sayuran di atap bangunan di Desa Nagaa Aoun di Kegubernuran Beheira, Mesir, pada 18 Februari 2025. (Xinhua/Ahmed Gomaa)

Kebun atap secara signifikan mengurangi angka pengangguran di Desa Nagaa Aoun, Mesir, hingga 95 persen dan meningkatkan standar hidup.

 

Beheira, Mesir (Xinhua/Indonesia Window) – Sempat menjadi desa yang dibelit kesulitan, Nagaa Aoun di Kegubernuran Beheira, yang terletak di sebelah utara Kairo, Mesir, mengalami transformasi signifikan. Melalui praktik kebun atap yang inovatif, masyarakat di desa tersebut mencapai swasembada sayuran dan menikmati pendapatan yang stabil.

Pemimpin upaya ini adalah seorang pria bernama Ragab Rabie (45) yang memperkenalkan konsep kebun atap ke desa tersebut 10 tahun lalu.

Rabie, yang tadinya berprofesi sebagai nelayan, terinspirasi oleh sebuah video tentang petani China yang bercocok tanam di atap rumahnya. Melihat peluang untuk memperbaiki kondisi keuangannya sendiri maupun juga warga lain, Rabie mulai mencari cara dalam menerapkan ide tersebut di desanya.

Desa Nagaa Aoun terletak di antara danau-danau garam kecil dan lahan yang tandus. Desa ini sebelumnya menghadapi kesulitan ekonomi. Banyak pria bekerja sebagai buruh harian di kota-kota terdekat, mencari lapangan pekerjaan di bidang konstruksi, reparasi otomotif, dan pertanian.

Banner

Setelah melakukan riset soal pertanian hidroponik, Rabie meyakinkan beberapa warga untuk berpartisipasi dalam sebuah proyek percontohan.

“Tantangan awalnya adalah sebagian besar rumah di desa ini terbuat dari jerami dan alang-alang, sehingga tidak cocok untuk membuat kebun atap. Namun, berkat bantuan pinjaman dari bank dan lembaga pemberi pinjaman, banyak warga desa mampu membangun rumah baru dengan atap beton, yang sangat cocok untuk memasang unit-unit hidroponik,” ujar Rabie kepada Xinhua.

Dua petani terlihat mengurus kebun sayuran di atap bangunan di Desa Nagaa Aoun di Kegubernuran Beheira, Mesir, pada 18 Februari 2025. (Xinhua/Ahmed Gomaa)

Saat ini, warga Desa Nagaa Aoun menuai banyak manfaat dari praktik kebun atap. Rabie mengatakan bahwa setiap unit hidroponik, dengan ukuran lebar 105 sentimeter dan panjang 3 meter, dapat menghasilkan 405 bibit, atau setara dengan output dari lahan seluas 175 meter persegi.

Unit-unit hidroponik itu dapat ditanami sebanyak empat kali dalam setahun, menggunakan kurang dari seperempat jumlah air yang dibutuhkan dalam metode pertanian konvensional, karena sistem hidroponik menyirkulasikan air dalam siklus (loop) tertutup, sehingga mengurangi pemborosan air.

Menurut Rabie, proyek kebun atap ini secara signifikan mengurangi angka pengangguran di Desa Nagaa Aoun hingga 95 persen dan meningkatkan standar hidup. Warga memperoleh manfaat dari perumahan, pakaian, dan makanan yang lebih layak.

Rabie meyakini bahwa solusi-solusi inovatif seperti kebun atap ini merupakan kunci bagi masa depan pertanian di Mesir, mengingat lahan di negara tersebut yang dapat ditanami hanya 3-4 persen.

Banner

“Warga desa ini tidak memiliki lahan pertanian, tetapi mereka memiliki atap rumah mereka,” tutur Rabie.

Rabie dan warga Nagaa Aoun berencana mendorong praktik kebun atap di desa-desa tetangga, dengan harapan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi di wilayah pedesaan di Mesir.

Rabie juga mengikuti berbagai kemajuan terkait teknologi kebun atap di China. Dia berharap dapat menjalin kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan China untuk meningkatkan produksi dan pendapatan warga setempat.

“China sangat maju dalam praktik kebun atap, dan kami bisa belajar banyak dari pengalaman dan teknologi mereka,” ujar Rabie.

Seorang petani terlihat mengurus kebun sayuran di atap bangunan di Desa Nagaa Aoun di Kegubernuran Beheira, Mesir, pada 18 Februari 2025. (Xinhua/Ahmed Gomaa)

Khaled Guwaida (50), seorang warga desa yang tadinya berprofesi sebagai teknisi listrik, diyakinkan oleh Rabie untuk mencoba budidaya kebun atap dan berhasil sukses di desa yang dulunya miskin tersebut.

“Saya mendapatkan pinjaman, membangun rumah baru, dan memasang unit hidroponik di atap rumah,” ujarnya.

Banner

Guwaida kini mengoperasikan bisnis persemaian bibit yang menjual benih dan bibit kepada petani tradisional, sehingga memberikan pendapatan yang stabil untuk dirinya sendiri dan peluang kerja bagi kalangan pemuda setempat.

“Bisnis saya menopang para pemuda di desa ini yang belum memiliki sarana untuk membangun kebun atap mereka sendiri,” tutur Guwaida.

Inisiatif itu juga telah merambah ke Universitas Alexandria, di mana warga desa membantu mendirikan unit-unit hidroponik guna memasok bibit dan tanaman aromatik untuk penelitian pertanian.

“Kami ingin menjadi model bagi desa-desa lainnya dan membantu menyebarkan metode pertanian ini ke seluruh Mesir,” ujar Guwaida.

Penulis: Ahmed Shafiq

Selesai

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan