Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga (PLT) Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia meningkat sebesar 217,7 megawatt (MW) pada semester I tahun ini, atau mencapai sekitar 66,6 persen dari target tahunan sebesar 326,91 MW.
Jakarta (Indonesia Window) – Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga (PLT) Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia meningkat sebesar 217,7 megawatt (MW) pada semester I tahun ini, atau mencapai sekitar 66,6 persen dari target tahunan sebesar 326,91 MW, dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin.
Kenaikan kapasitas tersebut didorong terutama oleh pembangkit listrik tenaga hidro dan surya. PLT hidro berhasil mencapai 66,4 persen dari target yang ditetapkan, sementara PLT surya melampaui target dengan capaian 147,02 persen.
Namun, sektor pembangkit listrik tenaga panas bumi belum mencapai target yang ditetapkan, meskipun sektor bioenergi menunjukkan perkembangan positif dengan capaian 43,2 persen dari target.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa keterbatasan infrastruktur dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan PLT EBT masih menjadi tantangan utama.
“Kami perlu mendorong permintaan melalui berbagai program, seperti Electric Vehicle (EV) dan pembangkit listrik tenaga surya untuk industri dan perumahan,” kata Arifin dalam acara temu media di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta.
Dalam hal investasi, sektor EBT juga mengalami peningkatan. Hingga Juni 2024, realisasi investasi mencapai 0,565 miliar dolar AS, atau sekitar 45,9 persen dari target tahunan sebesar 1,232 miliar dolar AS. Investasi terbesar berasal dari sektor panas bumi dan aneka EBT, dengan panas bumi menyumbang 0,64 miliar dolar AS, diikuti oleh aneka EBT (0,512 miliar dolar AS), bioenergi (0,064 miliar dolar AS), dan konservasi energi (0,016 miliar dolar AS).
Kenaikan investasi tersebut didorong oleh kebijakan pemerintah yang mendukung, potensi pasar yang besar, serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap energi bersih. Meskipun demikian, bauran EBT dalam bauran energi nasional diperkirakan hanya sekitar 13-14 persen pada tahun 2025.
“Penyebab lambatnya peningkatan bauran ini adalah infrastruktur yang masih kurang memadai serta adanya bottleneck,” jelas Arifin.
Di sisi lain, terdapat peningkatan dalam Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk komponen-komponen PLT EBT, yang mencapai 49,80 persen, mendekati target 55,45 persen. Hal ini menunjukkan kemajuan dalam pengembangan industri lokal dan pengurangan ketergantungan pada impor.
Selain itu, pengembangan PLT EBT di Tanah Air telah berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 123,22 juta ton CO2. Peningkatan penggunaan energi terbarukan diharapkan dapat terus menurunkan emisi CO2 dari sektor energi secara signifikan.
Laporan: Redaksi