Jumlah warga lanjut usia di sistem penampungan utama di New York City meningkat lebih dari dua kali lipat dari 2014 hingga 2022, naik dengan laju hampir tiga kali lipat dari kenaikan jumlah warga dewasa lajang yang berusia lebih muda yang ada di tempat-tempat penampungan.
New York City, AS (Xinhua) – Jumlah warga dewasa lajang berusia 65 tahun ke atas di sistem penampungan utama di New York City meningkat lebih dari dua kali lipat dari 2014 hingga 2022, naik dengan laju hampir tiga kali lipat dari kenaikan jumlah warga dewasa lajang yang berusia lebih muda yang ada di tempat-tempat penampungan, demikian menurut sebuah laporan dari organisasi nirlaba setempat baru-baru ini.
Selama tahun fiskal yang berakhir Juni 2022, terdapat sekitar 1.700 warga berusia di atas 65 tahun yang ditampung di tempat-tempat penampungan warga dewasa lajang, yang menampung banyak warga tunawisma lanjut usia (lansia) New York. Angka tersebut meningkat dari sekitar 700 orang delapan tahun sebelumnya. Jumlah penghuni yang berusia di atas 65 tahun di tempat-tempat penampungan tersebut naik menjadi 8 persen dari 5 persen, kata The New York Times, mengutip laporan dari organisasi nirlaba LiveOn NY.
Sekitar 315.000 warga lansia New York tercatat di dalam daftar tunggu untuk mendapatkan apartemen dengan harga terjangkau di gedung-gedung yang dibangun pemerintah federal khusus bagi warga berusia 62 tahun ke atas. Angka tersebut meningkat dari sekitar 230.000 orang pada 2016, ungkap LiveOn NY. Umumnya, warga lansia yang telah terdaftar harus menunggu selama enam tahun. Banyak gedung hunian lain bahkan memiliki masa tunggu lebih lama.
Departemen Layanan Sosial New York City pada Kamis (27/6) mengatakan bahwa selama periode 10 bulan yang berakhir pada April 2024, hampir 650 warga dewasa lajang berusia di atas 65 tahun pindah dari tempat-tempat penampungan ke hunian permanen bersubsidi. Angka ini lebih banyak dibandingkan tahun-tahun fiskal mana pun sejak 2019, menurut pemerintah kota tersebut.
Makin banyak warga lansia New York yang kehilangan pekerjaan, menderita penyakit yang tidak diasuransikan, atau kehilangan properti karena menjadi tunawisma, kata LiveOn NY. Organisasi itu mempelajari data dari departemen-departemen tunawisma dan perumahan New York City, serta melakukan survei terhadap manajer-manajer properti untuk menyusun laporan ini.
Laporan: Redaksi