Jumlah pengungsi di Gaza telah menembus 263.000 orang, saat wilayah Palestina ini berada di bawah ‘pengepungan total’ menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada akhir pekan lalu.
PBB (Xinhua) – Jumlah pengungsi di seluruh Gaza telah menembus 263.000 orang, meningkat 40 persen sejak Selasa (10/10), kata Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Rabu (11/10).
Lebih dari 1.000 unit rumah di Gaza hancur, serta sekitar 560 unit rumah rusak parah dan tidak dapat dihuni. Sebanyak 12.630 lainnya mengalami kerusakan yang lebih ringan, ungkap OCHA.
Seluruh 13 rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya di Gaza hanya beroperasi sebagian karena kekurangan pasokan dan penjatahan bahan bakar, imbuh kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.
Dengan terputusnya pasokan air dari Israel ke Gaza, terjadi kekurangan air minum yang parah, yang berdampak pada lebih dari 650.000 orang. Serangan udara Israel juga telah merusak tujuh fasilitas yang selama ini menyediakan layanan air dan sanitasi bagi lebih dari 1,1 juta orang. Di beberapa daerah, limbah dan sampah kini menumpuk di jalan-jalan, menimbulkan bahaya kesehatan, sebut OCHA.
Stephane Dujarric, juru bicara (jubir) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, mengatakan bahwa 220.000 pengungsi internal menghuni tempat penampungan di 88 sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East/UNRWA). Jumlahnya terus bertambah seiring serangan udara Israel terus berlanjut.
Jubir Sekjen PBB tersebut mengatakan bahwa 11 personel UNRWA tewas di Gaza dalam serangan udara Israel sejak Sabtu (7/10), sedangkan tiga guru terluka. Sementara itu, 30 siswa UNRWA tewas dan delapan lainnya terluka.
Dua sekolah UNRWA terdampak serangan udara tersebut, sehingga jumlah total instalasi yang terkena dampak konflik menjadi 20 sejak Sabtu. Enam belas pengungsi internal yang berlindung di sekolah UNRWA terluka, dua di antaranya kritis, akibat serangan udara di dekatnya, kata jubir tersebut.
Staf UNRWA bekerja sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi di tempat penampungan. Namun, beberapa tempat penampungan sudah penuh sesak serta memiliki ketersediaan makanan dan bahan pokok lainnya, seperti air minum, yang terbatas, ungkapnya.
Guterres pada Rabu menyerukan akses kemanusiaan yang aman ke Gaza, yang berada di bawah “pengepungan total” Israel menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada akhir pekan lalu.
Gedung-gedung PBB serta semua rumah sakit, sekolah, dan klinik tidak boleh menjadi sasaran. Pasokan penting yang menyelamatkan nyawa, termasuk bahan bakar, makanan, dan air, harus diizinkan masuk ke Gaza. Ada kebutuhan untuk akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan, ujarnya kepada wartawan.
Guterres berterima kasih kepada Mesir atas keterlibatan konstruktifnya untuk memfasilitasi akses kemanusiaan melalui Rafah, satu-satunya titik penyeberangan antara Mesir dan Jalur Gaza, dan menyediakan Bandar Udara El Arish untuk bantuan penting.
Dujarric mengatakan bahwa PBB membutuhkan jaminan dari pihak Israel bahwa Rafah tidak akan menjadi target dan bantuan kemanusiaan dapat masuk sebelum pembukaan perlintasan perbatasan.
Diskusi sedang berlangsung untuk mencapai tujuan tersebut, tuturnya.
Laporan: Redaksi