Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak, karena laporan menunjukkan bahwa puluhan anak terbunuh dan terluka setiap hari.
Gaza, Palestina (Xinhua) – Di tengah konflik berdarah antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Sajida Musabeh, seorang anak perempuan Palestina berusia 13 tahun yang berasal dari pusat kota Deir al-Balah, menemukan cara untuk menghibur diri dengan membuat aksesori bersama teman-temannya menggunakan manik-manik plastik yang berwarna-warni.
“Bermain dan bersenang-senang adalah satu-satunya cara bagi kami untuk menghibur diri di tengah serangan bom Israel,” kata Musabeh kepada Xinhua sambil membuat gelang di halaman rumahnya.
Semua anak di seluruh Jalur Gaza, mulai dari saat mereka bangun di pagi hari hingga tidur di malam hari, selalu mendengar suara ledakan yang tak ada hentinya dari serangan bom Israel selama lebih dari dua bulan.
“Sangat menakutkan,” kata Musabeh, seraya menambahkan bahwa “kami mencoba untuk mengatasi ketakutan kami dengan bermain dan merasa bahwa kami berhak hidup dengan damai.”
“Mengingat kondisi saat ini, bermain merupakan satu-satunya cara bagi anak-anak,” karena dengan bermain, anak-anak berusaha untuk “mencintai kehidupan semaksimal mungkin, dan melupakan pembunuhan,” kata ibu Musabeh kepada Xinhua. Saat ibu Musabeh melontarkan pernyataan itu, terdengar suara drone dan pesawat tempur Israel di area tersebut.
Sayangnya, “anak-anak biasanya menjadi pihak yang menanggung akibat dan korban perang yang tidak melakukan kesalahan apa pun,” tutur ibu tiga anak berusia 40 tahun itu.
Sejak 7 Oktober, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) yang berkuasa di Gaza, menyebabkan lebih dari 18.600 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Di ujung selatan Kota Rafah, Jamal Abu Kayed juga menemukan cara untuk menghilangkan rasa takutnya dengan bermain sepak bola di dalam tempat penampungan pengungsi bersama sekelompok anak lainnya.
Berbicara kepada Xinhua, bocah laki-laki berusia 14 tahun itu mengatakan bahwa dirinya berusaha memanfaatkan setiap peluang untuk melepaskan diri dari mimpi buruk serangan Israel, yang menurutnya tidak ada anak yang dapat selamat dari serangan tersebut.
Dia mengungkapkan harapan agar anak-anak dapat berhenti dari rutinitas sehari-hari dan terbebas dari depresi akibat serangan bom dan pembunuhan yang dilakukan pasukan Israel.
“Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak, karena laporan menunjukkan bahwa puluhan anak terbunuh dan terluka setiap harinya,” kata Adele Khader, direktur regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Seluruh lingkungan, tempat anak-anak biasa bermain dan belajar, kini menjadi puing-puing bangunan yang hancur, kata Khader.
Khader menekankan bahwa gencatan senjata kemanusiaan yang segera dan permanen menjadi satu-satunya cara untuk mengakhiri pembunuhan dan pencederaan anak-anak, melindungi warga sipil, serta memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan dalam menyelamatkan nyawa dapat masuk ke wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.
Laporan: Redaksi