Banner

ADB sebut China tetap jadi destinasi utama FDI global di Asia

Video berbagai distrik di Shenzhen ditampilkan pada Konferensi Promosi Investasi Global Shenzhen 2022 di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan, pada 9 Desember 2022. (Xinhua/Liang Xu)

Investasi greenfield di Asia, atau investasi dengan membangun fasilitas produksi yang benar-benar baru di kawasan itu tumbuh sebesar 0,8 persen pada 2021 setelah anjlok 40,9 persen pada 2020.

 

Manila, Filipina (Xinhua) – Arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) global ke kawasan Asia-Pasifik terus pulih ke tingkat periode sebelum pandemik, dengan China tetap menjadi destinasi utama di Asia, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) pada Selasa (7/2).

Laporan Integrasi Ekonomi Asia 2023 mengatakan bahwa FDI ke kawasan Asia-Pasifik meningkat sebesar 64,3 persen pada 2021, hampir 7 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 dan mewakili 40 persen dari FDI ke dalam (inward) secara global pada 2021.

China tetap menjadi destinasi utama untuk FDI global di Asia.

Investasi greenfield di Asia
Para perwakilan perusahaan dari Kota Chengdu di China melakukan negosiasi dengan badan kerja sama ekonomi dan ilmu pengetahuan internasional Baden-Wurttemberg, di Jerman, pada 11 Desember 2022. (Xinhua)

Sementara itu, investasi keluar (outward) dari Asia pulih sebesar 15,2 persen pada 2021.

“Setelah mencatatkan investasi yang kuat pada 2021, aliran FDI mungkin mereda pada 2022, mengingat lingkungan global yang tidak menentu,” sebut laporan itu, menambahkan bahwa bab-bab investasi dalam perjanjian megaregional baru, seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), dapat melengkapi upaya-upaya untuk mempromosikan investasi.

Menurut laporan tersebut, data tingkat perusahaan juga menyoroti ketahanan Asia dalam menarik FDI. Investasi greenfield atau investasi dengan membangun fasilitas produksi yang benar-benar baru di kawasan itu tumbuh sebesar 0,8 persen pada 2021 setelah anjlok 40,9 persen pada 2020.

Selain manufaktur, investasi greenfield di Asia tumbuh terutama dalam sektor bisnis seperti listrik, serta teknologi informasi dan komunikasi, sebut laporan itu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan