China berjuang hadapi hujan lebat dan tanggul jebol

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 29 Juli 2024 ini menunjukkan pemandangan tanggul jebol di Yisuhe, wilayah Xiangtan, Provinsi Hunan, China tengah. (Xinhua)

Insiden tanggul jebol terjadi di sejumlah seksi di Sungai Juanshui di wilayah Xiangtan, Provinsi Hunan, China tengah.

 

Changsha/Shenyang, China (Xinhua/Indonesia Window) – China sedang berjuang menghadapi hujan lebat yang memicu tanggul jebol dan banjir di jalanan, serta memaksa warga mengungsi.

Dalam dua hari terakhir, tiga insiden tanggul jebol terjadi di sejumlah seksi di Sungai Juanshui di wilayah Xiangtan, Provinsi Hunan, China tengah. Salah satu di antaranya berhasil ditutup pada Senin (29/7) sore waktu setempat.

Air dari Sungai Juanshui mengalir ke Sungai Xiangjiang, anak sungai utama Yangtze. Usai diterjang Topan Gaemi, beberapa seksi di Sungai Juanshui dilanda banjir yang memecahkan rekor.

Sejumlah reporter Xinhua bergegas menuju Hekou usai insiden tanggul jebol sepanjang lebih dari 30 meter terjadi pada Senin sekitar pukul 13.40 waktu setempat. Sejumlah besar rumah dan tanaman terendam banjir. Menggunakan sejumlah helikopter, tim penyelamat bergegas mencari dan mengevakuasi warga yang terjebak.

“Kami sedang mempercepat upaya pencarian untuk memastikan tidak ada yang tertinggal,” tutur Huang Xi, seorang petugas penyelamat di lokasi kejadian.

Liu De’an (67), warga desa setempat, terjebak di tengah air banjir yang semakin tinggi akibat mobilitasnya yang terbatas.

“Saya melihat air naik dengan cepat, membanjiri lantai pertama rumah saya. Saya ketakutan,” kenangnya. “Untungnya, mereka (petugas penyelamat) tiba tepat waktu dan menyelamatkan saya.”

Insiden tanggul jebol lainnya terjadi pada Ahad (28/7) sekitar pukul 20.00 waktu setempat di seksi Sungai Juanshui di Yisuhe, dengan lebih dari 3.800 warga berhasil dievakuasi per Senin pagi waktu setempat.

Lebih dari 1.200 orang, termasuk polisi bersenjata, milisi, dan tim penyelamat profesional, telah dikerahkan untuk melakukan upaya penyelamatan dan bantuan, dengan dibantu oleh lebih dari 1.000 anggota Partai dan pejabat setempat, menurut kantor pusat pengendalian banjir dan bantuan kekeringan setempat.

Deretan teknologi seperti drone, alat ukur GPS, sensor kecepatan radar, dan kapal survei hidrologi nirawak digunakan untuk mendukung upaya penutupan tanggul dan operasi penyelamatan.

Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung sampai saat ini.

Hujan deras juga melanda sejumlah lokasi lainnya di negara tersebut. Dari Jumat (26/7) hingga Ahad, Kota Dandong di hilir Sungai Yalu diguyur hujan lebat, menyebabkan ketinggian air di 12 waduk dan lima sungai melampaui level peringatan.

Sejumlah reporter Xinhua menyaksikan Sungai Yalu meluap pada Senin malam dan membanjiri jalan utama di Dandong, Provinsi Liaoning.

Taman Sungai Yalu, yang biasanya dipadati oleh para wisatawan, terendam air setinggi hampir 2 meter.

Sejak Juli, Dandong telah mengalami tujuh putaran hujan lebat, dengan akumulasi curah hujan mencapai 486,5 milimeter, 90 persen lebih tinggi dari rata-rata historis untuk periode tersebut selama bertahun-tahun.

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone ini menunjukkan tim penyelamat bekerja di sebuah tanggul untuk membendung efek piping di wilayah Huarong, Provinsi Hunan, China tengah, pada 8 Juli 2024. (Xinhua/Chen Zhenhai)

Hingga Senin pukul 16.00 waktu setempat, Dandong telah merelokasi lebih dari 28.700 orang. Total 45 pintu pengendali banjir telah dioperasikan per Ahad malam.

Otoritas meteorologi China pada Senin merilis peringatan oranye untuk hujan badai, level tertinggi kedua dalam sistem peringatan empat tingkatnya, di sejumlah lokasi di negara tersebut.

Di Kota Chongqing, China barat daya, 19 distrik dan wilayah menaikkan respons kedaruratan terkait banjir pada Senin sore, dengan kota itu diperkirakan akan diguyur hujan deras mulai Senin malam hingga Selasa (30/7).

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan