Inflasi Jerman pada Agustus yang mencapai 7,9 persen – kedua kalinya tahun ini – terutama disebabkan masih meningkatnya harga produk energi dan pangan.
Berlin, Jerman (Xinhua) – Inflasi di perekonomian terbesar Eropa melonjak ke level rekor 7,9 persen untuk kedua kalinya di tahun ini pada Agustus, seperti diungkapkan Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Selasa (13/9).
Langkah-langkah pemerintah seperti tiket murah senilai 9 euro (sekira 134.500 rupiah) untuk transportasi umum dan diskon bahan bakar memiliki “efek penurunan yang kecil terhadap inflasi keseluruhan,” kata Presiden Destatis Georg Thiel, dengan kenaikan harga untuk transportasi secara bertahap melambat dari 16,3 persen pada Mei menjadi 3,7 persen pada Agustus.
Namun, diskon bahan bakar di Jerman berakhir pada pekan lalu, dan harga di stasiun pengisian bahan bakar langsung melonjak. Harga bensin standar adalah 1,99 euro per liter, atau 21,6 sen lebih mahal dibandingkan pada akhir Agustus. Sementara itu, harga minyak solar naik 8,2 sen menjadi 2,16 euro, menurut German Automobile Club (ADAC).
“Alasan utama inflasi yang tinggi adalah masih meningkatnya harga untuk produk energi dan pangan,” ujar Thiel. Sementara harga pangan naik 16,6 persen secara tahunan (year on year), harga energi meningkat lebih dari empat kali lebih cepat dari laju tingkat inflasi, dan naik 35,6 persen “meskipun ada langkah-langkah bantuan.”
Tanpa kenaikan harga energi dan pangan, inflasi harga konsumen keseluruhan di Jerman akan menjadi 4,4 poin persentase lebih rendah, menurut Destatis.
Gas alam mencatat kenaikan harga yang sangat tinggi yakni sebesar 83,8 persen, sementara harga minyak pemanas ringan naik lebih dari dua kali lipat. Di antara produk-produk pangan, harga minyak sayur dan lemak pangan, serta produk susu dan telur, mencatat lonjakan paling tajam masing-masing sebesar 44,5 persen dan 26,8 persen.
Untuk meredam dampak inflasi yang tinggi pada kalangan bisnis dan konsumen, pemerintah Jerman baru-baru ini mengumumkan langkah bantuan senilai 65 miliar euro, menjadikan total langkah bantuan inflasi sebesar 95 miliar euro. Paket bantuan tersebut juga mencakup pembayaran sekali waktu (one-time payment) guna memungkinkan rumah tangga membayar tagihan pemanas mereka selama musim dingin.
Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner pada pekan lalu memperingatkan bahwa tingkat inflasi yang tinggi menjadi “program pemiskinan bagi keluarga di tengah masyarakat.”
Menurut ifo Institute, inflasi di Jerman diperkirakan akan meningkat lebih tinggi menjadi 9,3 persen pada 2023, menyebabkan pendapatan riil turun drastis. Meskipun langkah-langkah dari paket bantuan terbaru semestinya dapat “menangkal penurunan ini, hal tersebut masih jauh untuk dapat mengimbanginya,” seperti diperingatkan institut itu pada Senin (12/9).
*1 euro = 14.942 rupiah
Laporan: Redaksi