Banner

Indonesia ingin berpartisipasi dalam pembangunan Afrika

Duta Besar RI untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi (kiri) pada pertemuan dengan CEO African Union Development Agency-the New Partnership for Africa’s Development (AUDA-NEPAD) atau Badan Pembangunan Uni Eropa-Kemitraan Baru Untuk Pembangunan Afrika, Dr. Ibrahim A. Mayaki (kanan) pada Jumat (19/2/2021). (KBRI Pretoria)

Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia ingin menangkap setiap peluang dari dinamika di Afrika, termasuk dalam program pembangunan di kawasan ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi, dalam pertemuan dengan Dr. Ibrahim A. Mayaki, CEO African Union Development Agency-the New Partnership for Africa’s Development (AUDA-NEPAD) atau Badan Pembangunan Uni Eropa-Kemitraan Baru Untuk Pembangunan Afrika pada Jumat (19/2).

“Indonesia percaya bahwa diplomasi akan efektif dilakukan dalam kerangka multilateral. Kami percaya bahwa kita mitra sejajar yang saling bertanggung-jawab untuk saling menyejahterakan,” ujar dubes.

Dalam pertemuan tersebut Dubes Salman menjelaskan perkembangan di kawasan, antara lain, pembentukan Indonesian Aid pada 2019, kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan pada 2020, serta keketuaan Indonesia di G-20 dan ASEAN.

Selain itu, dubes menggarisbawahi relevansi semangat Asia-Afrika dengan kondisi masa kini, yang dapat dilihat pada dukungan dan partisipasi aktif Indonesia dalam isu-isu pembangunan Afrika, kerja sama dalam mekanisme diplomasi kesehatan multilateral mengatasi COVID-19, dan rencana pelaksanaan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada 2022.

Banner

Sementara itu, Dr. Mayaki sangat menyambut baik keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalam pembangunan Afrika dan berharap untuk mensinergikan program kedua pihak, terutama dalam agenda prioritas yang berjalan saat ini, antara lain peningkatan kapasitas SDM, integrasi ekonomi, dan industrialisasi kawasan.

AUDA-NEPAD yang berpusat di kota satelit Midrand, sekitar 33 kilometer dari ibu kota Pretoria, adalah badan implementasi di bawah Uni Afrika yang bertanggung-jawab melakukan asistensi percepatan pembangunan negara-negara anggotanya.

Negara akreditasi yang dicakup oleh KBRI di Pretoria adalah Republik Afrika Selatan, Republik Botswana, Kerajaan Eswatini dan Kerajaan Lesotho. Semuanya adalah anggota Uni Afrika.

Berkaitan dengan percepatan pembangunan ekonomi, African Continental Free Trade Area (AfCFTA) atau Area Perdagangan Bebas Benua Afrika resmi dimulai pada 1 Januari 2021 di bawah koordinasi Uni Afrika.

Pakta perdagangan tersebut memberikan harapan besar kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat Afrika sebesar 16,1 miliar dolar AS, pertumbuhan PDB sebesar 1-3 persen, pertumbuhan lapangan kerja sebesar 1,2 persen, dan pengurangan defisit perdagangan Afrika hingga 50 persen.

AfCFTA juga diharapkan meningkatkan perdagangan intra Afrika hingga 53 persen dengan menghilangkan bea impor dan hambatan non-tarif.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan