Pameran halal terbesar dunia tersebut juga menyelanggarakan forum bisnis yang dihadiri antara lain oleh Dubes RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, sebagai pembicara.
Jakarta (Indonesia Window) – Hubungan historis antara Turki dan Indonesia harus menjadi dasar peningkatan hubungan ekonomi antara kedua negara yang masih belum optimal saat ini, kata Dubes RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, dalam pameran halal di Turki.
Sebagai negara Muslim terbesar, Indonesia harus memanfaatkan industri halal sebagai ceruk pasar, kata Dubes Lalu dalam forum bisnis sebagai bagian dari pameran halal terbesar dunia di Turki, seperti disiarkan oleh Kementerian Luar Negeri RI pada Senin.
“Di Asia Tenggara misalnya, Indonesia masih tertinggal dari Thailand dan Malaysia dalam mengekspor produk halal ke dunia internasional dan ini menjadi tantangan bersama,” ujar Lalu dalam OIC Halal Expo kesembilan tersebut yang diselenggarakan pada 24–27 November 2022 di Istanbul.
Dubes RI menganalogikan produk Nutella sebagai contoh kerjasama Turki dan Indonesia di mana produk tersebut mengandung cokelat dan minyak sawit dari Indonesia sementara hazelnut dari Turki.
“Kita butuh lebih banyak lagi ‘Nutella-Nutella’ lainnya di mana Indonesia dan Turki adalah mitra yang saling melengkapi,” terang Dubes Lalu.
Perjanjian IT-CEPA (Indonesia-Turkiye Comperehensive Economic Partnership Agreement atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Turki) diharapkan akan menjadi pendorong kerja sama ekonomi yang lebih strategis.
Pembicara lain dalam forum tersebut adalah Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan RI, Merry Maryati, dan Presiden IHSIAD (İmam Hatipli Sanayici Ve Iş Adamlari Derneği / Imam Hatip Industrialists and Businessmen Association) Turki, Nurullah Sahin.
Merry Maryati mengharapkan keikutsertaan dalam pameran halal dan forum bisnis tersebut dapat menjadi titik awal bagi eksibitor Indonesia mengenal karakteristik pasar Turki dan menghasilkan kesepakatan bisnis.
Keikutsertaan Paviliun Indonesia tahun ini merupakan yang kedua kalinya, buah kerjasama KBRI Ankara, KJRI Istanbul dan Kementerian Perdagangan RI.
Paviliun Indonesia pada pameran ini diikuti oleh 34 entitas peserta yang terdiri atas pelaku usaha dan pemerintah daerah di area seluas 323 m2.
Pemerintah daerah yang hadir adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sumatera Utara dan Banyumas (Jawa Tengah) yang membawa produk andalan daerah masing-masing, sementara pelaku usaha yang hadir antara lain PT Kalbe Farma, PT Roda Mas Inti (Sasa), PT MMM Plastics, dan Manajemen Qolbu.
Produk andalan yang dipromosikan di Paviliun Indonesia antara lain fesyen muslim, makanan, produk pertanian /perkebunan, produk pembersih, produk packaging, obat-obatan herbal dan rempah.
Selain itu, turut hadir Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sebagai badan regulator halal Indonesia serta Badan Pengusahaan (BP) Tanjung Pinang yang mempromosikan kawasan ekonomi khusus untuk industri halal di Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Pemerintah Indonesia melalui sejumlah pemangku kepentingan dalam pengembangan industri halal terus mendorong negara kepulauan tersebut menjadi global hub (pusat global) untuk pasar, industri dan ekosistem halal yang dicanangkan tahun 2024.
Lima strategi nasional pengembangan industri halal mencakup pengembangan Global Halal Hub, regulasi dan riset, industrialisasi halal, strategi preferensi halal melalui sejumlah pendekatan, dan upgrade UMKM menjadi pemain global industri halal.
OIC Halal Expo dan World Halal Summit adalah pameran serta pertemuan bertema produk halal terbesar di dunia yang diadakan tiap tahun.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Islamic Centre for Development of Trade (ICDT/ Pusat Pengembangan Perdagangan Islam) dan the Standards and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC/ Institut Standar dan Metrologi untuk Negara Islam).
Laporan: Redaksi