Indonesia dapat dukungan Prancis dan Uni Eropa senilai 14,7 euro untuk percepatan transisi energi

Indonesia Energy Transition Facility terdiri atas dua komponen utama, yakni dukungan kebijakan serta persiapan dan implementasi proyek.
Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia mendapat dukungan dari Kelompok Keuangan Prancis, Agence française de développement (AFD), dan Uni Eropa (UE) untuk program percepatan transisi energi di Tanah Air, menurut siaran pers yang diterima Indonesia Window di Jakarta, Ahad.
Program bantuan teknis senilai 14,7 juta euro tersebut diberikan kepada Indonesia untuk membiayai Indonesia Energy Transition Facility (IETF) yang secara resmi diluncurkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN), bersama AFD dan UE, di Jakarta, baru-baru ini.
Program yang menyoroti komitmen Prancis dan Uni Eropa dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP) tersebut bertujuan untuk mendukung transisi energi yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia.
“Pada 2024, realisasi pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor energi mencapai 147,61 juta ton ekuivalen CO₂, melebihi target kami yaitu 142 juta ton. Ini berarti kami masih berada pada jalur yang tepat untuk pengurangan emisi,” kata Sekretaris ESDM Dadan Kusdiana dalam acara peluncuran tersebut, pada 5 Februari 2025.
Untuk mendukung transisi energi, lanjutnya, pemerintah melalui ESDM sedang mendorong kerja sama strategis dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Bersama AFD, seperti yang sedang kita bahas hari ini, kami berharap kolaborasi ini dapat mempercepat transformasi Indonesia menuju sistem energi yang lebih hijau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” ucap Dadan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan, PLN berkomitmen untuk mendorong transformasi energi Indonesia.
“Kami sangat menghargai AFD dan Pemerintah Prancis atas komitmen ini, yang akan memperkuat upaya PLN dalam menyediakan energi bersih dan berkelanjutan untuk negara ini. Kemitraan ini menandakan komitmen komunitas internasional untuk mengatasi krisis perubahan iklim global, tantangan ini hanya dapat diatasi melalui pendekatan yang bersatu,” urainya.
Program IETF yang berlangsung selama lima tahun (2025–2030) didanai oleh hibah yang diberikan oleh Uni Eropa (10,6 juta euro) dan AFD (4,1 juta euro). Program ini mendukung komitmen 500 juta euro Prancis untuk Just Energy Transition Partnership (JETP).
“Dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Prancis, peluncuran IETF ini mengonfirmasi komitmen jangka panjang Prancis terhadap Indonesia, dengan sektor transisi energi menjadi salah satu babak penting dalam kerja sama kami,” sorot Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Fabien Penone.
Menurut Direktur Urusan Internasional dan Keuangan Iklim, Direktorat Jenderal Tindakan Iklim (CLIMA), Komisi Eropa, Diana Acconcia, JETP memberikan dukungan nyata untuk transisi energi Indonesia, yang sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia mengenai ketahanan energi dan mobilisasi investasi.
“Peluncuran IETF, inisiatif bersama antara Prancis, AFD, ESDM, dan PLN, adalah tonggak penting dalam perjalanan ini. Sebagai mitra utama JETP, Uni Eropa tetap berkomitmen untuk mempercepat energi bersih dan menciptakan lingkungan yang mendukung investasi berkelanjutan,” tuturnya.
Team Europe—termasuk UE, Bank Investasi Eropa, Denmark, Prancis, Jerman, dan Italia—telah berjanji memberikan hibah dan pinjaman bersubsidi senilai 3,5 miliar euro dalam kerangka JETP, lanjutnya.
“Kontribusi hibah Uni Eropa yang baru sebesar 10,6 juta euro untuk IETF semakin memperkuat dukungan kami untuk infrastruktur berkelanjutan di bawah strategi Global Gateway kami. Peran Indonesia dalam transisi hijau global sangat penting, dan kami tetap sepenuhnya terlibat untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam pendekatan Team Europe untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan ketahanan energi,” terang Acconcia.
Sementara itu, Direktur Negara AFD di Indonesia, Yann Martres, mengatakan bahwa lembaganya memiliki kemitraan jangka panjang dengan PLN dan Kementerian ESDM.
“Dengan menggabungkan pendekatan global dan lokal serta memberikan keahlian di samping dana investasi, kami secara bersama-sama membangun kolaborasi penuh dalam transisi energi,” ujarnya.
Program IETF terdiri atas dua komponen utama, yakni dukungan kebijakan dengan memfasilitasi transisi energi yang adil. Selain itu, dukungan kebijakan juga meliputi pengembangan kerangka regulasi yang mendukung praktik berkelanjutan dan inklusif (termasuk lingkungan dan gender) sambil bertujuan untuk menarik investasi swasta.
Komponen kedua adalah persiapan dan implementasi proyek, yang dilakukan dengan kegiatan pengembangan proyek energi terbarukan dan transmisi berstandar lingkungan dan sosial yang tinggi, serta memperkuat kapasitas perusahaan milik negara di sektor energi.
Laporan: Redaksi