Banner

IMF turunkan lagi prospek pertumbuhan ekonomi global

Ilustrasi. Pada April 2022, IMF telah memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh menjadi 3,6 persen pada 2022 dan 2023. (Mediamodifier from Pixabay)

Jakarta (Indonesia Window) – Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan akan memangkas lebih lanjut proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 bulan depan, kata juru bicara IMF pada Kamis (9/6/2022).

Rencana itu menyusul langkah Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk memotong perkiraan mereka sendiri pekan ini.

Itu akan menandai penurunan yang ketiga oleh IMF tahun ini. Pada April, IMF telah memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh menjadi 3,6 persen pada 2022 dan 2023.

Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan pada briefing reguler IMF bahwa prospek keseluruhan masih menyerukan pertumbuhan di seluruh dunia, meskipun pada tingkat yang lebih lambat, tetapi beberapa negara mungkin menghadapi resesi.

“Jelas sejumlah perkembangan telah terjadi yang dapat membuat kami merevisi lebih jauh,” kata Rice kepada wartawan. “Begitu banyak yang telah terjadi dan (sedang) terjadi dengan sangat cepat sejak terakhir kali kami sodorkan perkiraan kami.”

Banner

IMF akan merilis pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia pada pertengahan Juli.

Sementara itu, Bank Dunia pada Selasa (7/6) memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk 2022, mengutip kerusakan yang bertambah dari invasi Rusia ke Ukraina dan pandemik COVID-19, sambil memperingatkan tentang meningkatnya risiko stagflasi.

Sehari kemudian, OECD memangkas perkiraannya sebesar 1,5 poin persentase menjadi 3,0 persen, meskipun dikatakan ekonomi global harus menghindari serangan stagflasi gaya tahun 1970-an.

Rice mengatakan penurunan peringkat disebabkan oleh perang yang berkelanjutan di Ukraina, harga komoditas yang bergejolak, harga pangan dan energi yang sangat tinggi, dan perlambatan ekonomi China yang lebih parah dari yang diperkirakan, serta kenaikan suku bunga di sejumlah negara maju. Dia tidak memberikan rincian tentang prospek China.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan